Wednesday, August 31, 2016

Kompas Edisi Rabu 31 Agustus 2016

Kompas Edisi Rabu 31 Agustus 2016
Kompas Edisi Rabu 31 Agustus 2016

DPR Siap Ungkap SP3 di Riau

Polri Persilakan Menguji Lewat Praperadilan


JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Negara Republik Indonesia sejauh ini belum meninjau ulang terbitnya surat perintah penghentian penyidikan kasus kebakaran hutan 15 korporasi di Riau. Guna mendalami kasus itu, Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat resmi membentuk panitia kerja.

DPR membentuk panitia kerja di bawah Komisi III, secara umum, untuk mendalami kasus kebakaran hutan dan lahan. Namun, secara khusus, untuk mendalami pemberian SP3 tersebut.

"Ada motif apa di balik penghentian perkara itu," kata anggota Panja Kebakaran Hutan dan Lahan (Panja Karhutla) dari Fraksi PDI-P, Masinton Pasaribu, Selasa (30/8).


Pengampunan Pajak

Pemerintah Menyasar Wajib Pajak Besar


TANGERANG, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengatakan, pemerintah menjalankan program pengampunan pajak yang menyasar pembayar pajak besar yang masih menyimpan uang di luar negeri. Namun, masyarakat yang ingin menggunakan haknya mendapatkan pengampunan pajak juga dapat berpartisipasi.

Presiden berharap sejumlah isu miring terhadap program pengampunan pajak tidak semakin meluas. Menurut Presiden, pemerintah tengah berupaya meningkatkan pendapatan negara untuk mengatasi ketertinggalan pembangunan infrastruktur dasar, fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta meningkatkan akses konektivitas masyarakat di seluruh Indonesia.

"Tax amnesty ini sasarannya adalah pembayar-pembayar pajak besar, terutama yang menaruh uang di luar negeri. Pembayar pajak yang kecil juga bisa ikut. Ini adalah hak, bukan kewajiban," ujar Presiden Jokowi didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D Hadad seusai berbicara di Indonesia Fintech Festival and Conference 2016 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (30/8).


LINGKUNGAN

Kisah Para Jawara Penjaga Kali


Ketika hutan di Indonesia terus menyusut, mendapati oase kawasan hijau di perkotaan merupakan sebuah anugerah tak ternilai. Apalagi kalau kawasan hijau itu berada di Jakarta, yang warganya saban hari menghadapi kepadatan kota dan kemacetan lalu lintas.

 Karena itu, tak perlu terus menyalahkan pemerintahan masa lalu yang kini membuat kita kurang beruntung dalam mempertahankan keseimbangan alam. Mari menemui orang-orang yang dengan kesadarannya sendiri merawat lingkungan sekitar dan berharap virus kebaikan pun menular.

Ditemui di rumah panggungnya yang terbuat dari kayu dan bambu di tengah Hutan Kota Pesanggrahan di Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, akhir Juli lalu, Chaerudin (59) sudah sekitar 30 tahun berjuang menghijaukan sempadan kali. Ia nyaris sendirian, merampas jengkal demi jengkal lahan di bantar Kali Pesanggrahan di sana. Merampas lahan yang menjadi timbunan sampah guna dihutankan kembali.

Tuesday, August 30, 2016

Kompas Edisi Selasa 30 Agustus 2016

Kompas Edisi Selasa 30 Agustus 2016
Kompas Edisi Selasa 30 Agustus 2016
Penanganan Belum Optimal

Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Berulang sejak 1970-an


JAKARTA, KOMPAS — Sejak tahun 1970-an, kebakaran hutan dan lahan terus berulang, merugikan warga juga negara. Pekan lalu, asap kebakaran lahan di Riau juga telah sampai di Singapura dan sebagian Malaysia. Meski jumlah titik panas sudah menurun drastis dibandingkan periode sama tahun 2015, penanganan kebakaran lahan dan hutan belum optimal.

Hingga kemarin, operasi pemadaman di enam provinsi berstatus siaga darurat kebakaran lahan melibatkan 17 pesawat dan helikopter. Kendaraan udara itu untuk operasi hujan buatan di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Disiapkan juga cadangan empat helikopter untuk memadamkan api dengan bom air.

Upaya pemadaman kebakaran juga masih diliputi sejumlah kendala. "Lokasi titik api jauh dan sulit lewat darat. Itu diperparah sulitnya sumber air. Belum lagi lahan terbakar sebagian besar gambut dalam," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalbar Bosman Hutahaean.


PENGAMPUNAN PAJAK

Pemerintah Tak Berniat Menakut-nakuti Rakyat


JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah tidak berniat menakut-nakuti rakyat dengan program pengampunan pajak. Program ini diprioritaskan bagi wajib pajak pemilik aset besar yang tidak melaporkan harta kepada Direktorat Jenderal Pajak.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengakui, ada rumor yang berkembang terkait program pengampunan pajak itu. "Kami sudah membaca dan mengikuti semua (rumor tersebut). Kami minta Direktur Jenderal Pajak untuk mengantisipasi persoalan ini. Jangan sampai rumor ini berkembang liar di masyarakat karena pembicaraan ini sudah berkembang dan menjadi viral di media sosial," kata Pramono di Kompleks Istana, Jakarta, Senin (29/8).

Pramono menegaskan, semangat pengampunan pajak adalah menarik kembali dana yang tidak dilaporkan dan disimpan di luar negeri. Program ini bukan untuk menakut-nakuti masyarakat yang sudah taat membayar pajak. Hal ini sesuai naskah akademik Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.


Pengungsi Bencana Asap Riau

Hanya Bisa Bawa Pakaian...


Bayi kecil itu, Melinda Zaluhu (3 bulan), tersenyum kecil tatkala Satieli Zaluhu (49), ayahnya, mengajaknya bercanda. Raut wajahnya tak sedikit pun menampakkan penderitaan meski dia tengah berada di tenda pengungsian korban bencana asap di tepi Sungai Rokan Kiri, Desa Jurong, Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu (sekitar 210 kilometer barat laut Pekanbaru, Riau). Padahal, sebelumnya, Melinda dibawa ibunya, Niati Lase (38), ke klinik yang ada di pengungsian.

"Tubuhnya tadi panas dingin. Setelah saya bawa ke klinik dan diberi obat oleh bidan, suhunya mulai dingin. Sekarang ia sudah dapat tertawa lagi," kata Niati kepada Kompas yang mengunjungi lokasi pengungsian, Minggu (28/8) sore.

Tenda pengungsian yang ditempati keluarga Satieli berupa bangunan tenda plastik berwarna biru berukuran 6 meter x 6 meter, yang memiliki satu tiang kayu di bagian tengah. Di beberapa sudut tenda ditarik dengan tali yang diikatkan dengan patok ke tanah.

Monday, August 29, 2016

Kompas Edisi Senin 29 Agustus 2016

Kompas Edisi Senin 29 Agustus 2016
Kompas Edisi Senin 29 Agustus 2016

Penataan Sungai Kian Mendesak

Pembenahan yang Berjalan Masih Sepotong-sepotong


JAKARTA, KOMPAS — Banjir besar melanda sejumlah tempat di Jakarta pada Sabtu (27/8) malam meski curah hujan tidak terlalu tinggi. Peristiwa ini mengingatkan bahwa pembenahan sejumlah sungai di Jakarta mendesak dilakukan secara terpadu.

 Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, banjir terjadi karena hujan lokal. Meski curah hujan tak masuk kategori ekstrem, yakni 50-88 milimeter, air hujan tak mampu tertampung infrastruktur yang ada.

Salah satu kawasan yang paling parah terkena dampak adalah Kemang, Jakarta Selatan. Hingga Minggu (28/8) pagi, luapan air yang merendam sejumlah tempat parkir bawah tanah di beberapa gedung di kawasan itu masih disedot petugas menggunakan mesin pompa.


BOM MEDAN

Polisi Menduga Pelaku Tidak Berdiri Sendiri


MEDAN, KOMPAS — IAH (17), pelaku peledakan yang diduga bom dan percobaan pembunuhan di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Mansyur Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/8), diduga tidak berdiri sendiri. Polisi masih menyelidiki jaringan mana yang terkait dengan aksi teror di Medan yang terjadi di tengah-tengah berlangsungnya ibadah pada hari Minggu itu.

Ledakan yang diduga bom berkekuatan rendah itu terjadi sekitar pukul 08.20 saat Pastor Albert Pandiangan, OFM Cap (60) selesai membaca kitab suci. Saat itu tas ransel yang dibawa pelaku meledak. Pelaku duduk di kursi barisan pertama. "Ada ledakan dan api keluar dari ransel itu," kata Albert yang melihat dari atas mimbar.

Suster Yulita, OSF mengatakan, pelaku kemudian lari ke altar membawa pisau dan kapak. Ia melompati tangga dan menghampiri Albert yang masih berada di mimbar. Albert turun dari mimbar, tetapi dikejar oleh pelaku yang hendak mengampaknya. Pelaku yang sempat menusuk lengan kiri Albert kemudian ditangkap umat.


LITERASI

Mimpi dengan Mata Terbuka


"Membaca itu mimpi dengan mata terbuka," kata Tri Hana Pratiwi, pengelola taman bacaan Indonesia Future Leader Lampung. Ia menyampaikan hal itu dalam presentasinya sebagai finalis Gramedia Reading Community Competition 2016.

Taman bacaan yang dikelolanya adalah finalis untuk wilayah regional Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Lampung. Kegiatan penentuan pemenang Gramedia Reading Community Competition 2016 ini berlangsung Sabtu (27/8) di Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Hana akhirnya memang tidak tampil sebagai pemenang. Namun, dia telah meluapkan inspirasi dan arti penting dunia literasi dengan menegaskan bahwa membaca adalah mimpi dengan mata terbuka. Bagi Hana, setiap orang membutuhkan mimpi untuk menjalani hidup dengan penuh semangat.

Sunday, August 28, 2016

Kompas Edisi Minggu 28 Agustus 2016

Kompas Edisi Minggu 28 Agustus 2016
Kompas Edisi Minggu 28 Agustus 2016

Birokrasi Kurang Profesional

Periksa Kelebihan Pagu Rp 23,4 T


JAKARTA, KOMPAS — Kelebihan pagu anggaran tunjangan profesional guru senilai Rp 23,4 triliun mencerminkan kurang profesionalnya pejabat di kementerian terkait menyusun program. Di tengah seretnya pemasukan untuk kas negara, pengajuan anggaran publik justru tidak realistis.

Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Abdul Waidl menilai hal ini bukan semata karena kelalaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melainkan juga Kementerian Keuangan serta Badan Pemeriksa Keuangan. Instansi-instansi tersebut mestinya dari awal saling berkoordinasi agar tidak ada temuan kelebihan pagu.

”Di tengah hangatnya isu pengampunan pajak, dibutuhkan sense of crisis (kepekaan) bersama dalam menyusun anggaran publik,” ujar Waidl, di Jakarta, Sabtu (27/8).


BENCANA GEMPA

Italia Berkabung Nasional


ASCOLI PICENO, SABTU — Italia menjalani hari berkabung nasional atas tewasnya 290 orang dalam gempa bumi di wilayah tengah negeri itu, Sabtu (27/8), sekaligus upacara pemakaman 35 korban. Sementara pemakaman berlangsung, evakuasi terus berlanjut di kota Amatrice yang paling hebat diguncang gempa.

Di kota itu, sembilan jenazah diangkat dari reruntuhan puing- puing bangunan runtuh, Jumat malam, termasuk tiga jenazah yang ditemukan di reruntuhan Hotel Roma. Korban tewas di Amatrice saja, kini, mencapai 230 warga setempat dan turis.

Pada hari berkabung itu, bendera Italia dipasang setengah tiang. Sabtu kemarin, Presiden Italia Sergio Mattarella memantau kerusakan akibat gempat dengan helikopter. Ia kemudian pergi ke kota terdekat, Ascoli Piceno, untuk menghadiri upacara pemakaman di sebuah gedung pusat olahraga. Perdana Menteri Matteo Renzi juga hadir dalam upacara itu.


SENI RUPA

Kolektor Seni, Kian Jeli dan Bertaji


Jose Dima Satria (35) tersenyum menenteng sekantong tas plastik. ”Akhirnya, karya Darbotz dan Angki Purbandono ini dicetak di atas sapu tangan. Juga poster ini cetakan dari tulisan karya Ronald Apriyan, Eddie Harra, Darbotz, juga Angki. Sayang, sapu tangan dengan cetakan karya Ronald Apriyan keburu habis,” kata Jose di depan anjungan Art Bar, satu dari puluhan anjungan yang ada di pasar jual-beli karya seni rupa Bazaar Art Jakarta di The Ritz-Carlton, Jakarta.

 Persis tiga tahun silam, Jose ”kecebur” dalam hobi mengoleksi karya seni rupa gara-gara mendatangi perhelatan Bazaar Art Jakarta (BAJ) 2013. Notaris muda itu jatuh cinta dengan dunia seni rupa dan membeli koleksi pertamanya di sana. Sejak itu, ia rajin keluar-masuk berbagai pasar seni di Indonesia dan Singapura memburu karya.

Awal Agustus lalu, ia juga berburu karya seni rupa dalam perhelatan pasar jual-beli karya seni rupa Art Stage Jakarta dan berhasil menambah koleksinya. Lalu, sepanjang hari pertama BAJ pada Kamis (25/8), Jose berkeliling lagi di lorong-lorong anjungan sejumlah galeri ternama dari Indonesia dan mancanegara. Anjungan yang menawarkan segala macam karya seni, mulai dari yang ”manis” sampai ”pedas”, karya perupa Indonesia, Asia, bahkan Eropa.

Saturday, August 27, 2016

Kompas Edisi Sabtu 27 Agustus 2016

Kompas Edisi Sabtu 27 Agustus 2016
Kompas Edisi Sabtu 27 Agustus 2016

Pemotongan Menjadi Solusi

Wakil Presiden: Belanja Modal Sebisa Mungkin Tak Akan Dikurangi


JAKARTA, KOMPAS — Stimulus fiskal maksimum biasanya terjadi pada akhir tahun. Namun, kali ini, fiskal justru tertekan pada September-Desember 2016. Padahal, perekonomian nasional membutuhkan stimulus fiskal lebih besar untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen.

Kondisi tertekan, yang diikuti langkah pemerintah dengan memotong anggaran, membuat stimulus fiskal tidak bisa lagi diharapkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi untuk mencapai target tahun ini.

"Sejauh tak memangkas anggaran infrastruktur, saya pikir pemotongan anggaran merupakan solusi optimal yang bisa dilakukan saat ini. Infrastruktur merupakan faktor kunci untuk meningkatkan daya saing dalam jangka menengah dan panjang, serta menjadi program unggulan Presiden Joko Widodo," kata Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, A Tony Prasetiantono, yang dihubungi dari Jakarta, Jumat (26/8).


Gempa Bumi

PM Nyatakan Italia dalam Status Darurat


Pescara del Tronto, Jumat Perdana Menteri Italia Matteo Renzi, Jumat (26/8), menyatakan bahwa Italia dalam situasi darurat menyusul gempa bumi bermagnitudo 6,2 yang mengguncang Italia tengah serta menewaskan 267 orang dan mencederai 365 orang.

Renzi juga mengeluarkan otorisasi dana sebesar 50 juta euro (Rp 745,9 miliar) untuk bantuan tanggap darurat bagi korban gempa. Upaya penyelamatan terus berlanjut hingga Jumat malam. Namun, dua jalan akses menuju kota Amatrice, yang mengalami kerusakan terparah, rusak akibat gempa susulan. Kota itu pun terancam terisolasi.

Setelah dua hari berlalu, pada Jumat kemarin tidak ditemukan korban hidup dari reruntuhan bangunan. Renzi menyatakan, ada 215 orang yang diselamatkan setelah gempa mengguncang. Hingga semalam, jumlah korban tewas meningkat menjadi 267 orang.


Ode Bulan Agustus #2

Muda, Merdeka, dan Cinta Bangsa


Ratusan kaum muda yang tergabung dalam 29 kelompok paduan suara menyanyikan lagu cinta Tanah Air dalam "Ode Bulan Agustus #2", parade paduan suara yang digelar Bentara Budaya di Bali, Jakarta, Solo, dan Yogyakarta. Mereka bersama menciptakan keindahan harmoni suara untuk Indonesia.

Lagu "Di Timur Matahari" berkumandang dengan gagah dalam perhelatan Ode Bulan Agustus di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (26/8) malam. Lagu gubahan WR Supratman itu dinyanyikan 120 orang muda yang menyatukan diri dalam paduan suara gabungan. Anggotanya berasal dari 10 kelompok pendukung acara Ode Bulan Agustus di BBJ.

Lagu diiringi orkestra dengan 27 musisi di bawah konduktor Alfian Emir Aditya. Orkestra gabungan dari Yogyakarta ini terdiri dari musisi Fombi Musika, Indonesian Youth Symphony Orchestra (IYSO), dan Journey to the Future Orchestra (JTTF).

Friday, August 26, 2016

Kompas Edisi Jumat 26 Agustus 2016

Kompas Edisi Jumat 26 Agustus 2016
Kompas Edisi Jumat 26 Agustus 2016

Upaya SAR Hadapi Kendala

Wilayah Italia Tengah Kembali Dihantam Gempa Susulan


AMATRICE, KAMIS — Ratusan gempa susulan menghantam wilayah pusat gempa di Italia tengah, Kamis (25/8), menyebabkan upaya pencarian korban selamat menemui hambatan besar. Otoritas Italia berpacu dengan waktu untuk mencari penyintas akibat gempa pada Rabu lalu.

 Jumlah korban tewas akibat gempa bermagnitudo 6,2 yang mengguncang Italia tengah terus bertambah. Hingga Kamis, korban tewas mencapai 250 orang, sementara korban luka-luka tercatat 365 orang. Dari jumlah itu, 200 korban tewas berasal dari kota Amatrice yang mengalami kerusakan terparah.

Gempa mengguncang Italia tengah dekat kota Norcia terjadi pada Rabu (24/8) pukul 03.36 waktu setempat dengan kedalaman 10 kilometer. Saat gempa, 200 guncangan terjadi dalam 120 detik. Kemudian terjadi gempa susulan pada pukul 04.33 waktu setempat bermagnitudo 5,4 dengan 70 guncangan. Lebih dari 2.000 orang kehilangan tempat tinggal.


Sumber Daya Alam

Korupsi di Tambang Menjadi Fokus KPK


JAKARTA, KOMPAS — Korupsi di seputar usaha pertambangan menjadi fokus perhatian Komisi Pemberantasan Korupsi. Terkait hal ini, KPK tidak akan berhenti hanya pada kasus dugaan korupsi izin pertambangan yang melibatkan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam.

Wakil Ketua KPK Laode M Syarif, Kamis (25/8), di Jakarta, menuturkan, KPK menilai pertambangan sebagai sektor yang perlu mendapat perhatian lebih. ”Isu-isu tambang tetap menjadi fokus KPK,” kata Laode, saat ditanya apakah juga akan mendalami dugaan suap perizinan tambang oleh kepala daerah lain.

KPK menetapkan Nur Alam sebagai tersangka korupsi perizinan tambang nikel ke PT Anugrah Harisma Barakah tahun 2009- 2014. Ia diduga menerima komisi dari pemberian izin itu. ”Yang kini dikerjakan KPK dulu ditangani kejaksaan. KPK tinggal melanjutkan,” ujar Laode.


Daerah Tertinggal

Ironi Kehidupan di Simpang Jernih


Sembilan perahu kayu bermesin tempel 25 daya kuda yang melaju di Sungai Simpang Jernih, Aceh Timur, Rabu (17/8) pagi, terengah-engah melawan arus. Arus tidak terlalu deras, tetapi karena perahu bergerak ke hulu, perjalanan menjadi tidak mudah.

Perjalanan dimulai dari Desa Batu Sumbang, desa terakhir yang bisa dilalui jalan darat. Perahu itu akan berlabuh di Desa Tampur Paloh, desa paling terpencil di Kecamatan Simpang Jernih. Butuh waktu dua jam untuk sampai ke Tampur Paloh.

Simpang Jernih memiliki delapan desa, yaitu Batu Sumbang, Pante Kera, Rantau Panjang, HTI Ranto Naro, Melidi, Tampur Paloh, Tampur Bor, dan Simpang Jernih, yang menjadi ibu kota kecamatan.

Thursday, August 25, 2016

Kompas Edisi Kamis 25 Agustus 2016

Kompas Edisi Kamis 25 Agustus 2016
Kompas Edisi Kamis 25 Agustus 2016

Momentum untuk Evaluasi

Pembangunan Olahraga Tak Bisa Setengah Hati


Jakarta, KompasKeberhasilan meraih satu medali emas dan dua perak dari Olimpiade Rio de Janeiro menjadi momentum kuat mengevaluasi kebangkitan olahraga Indonesia. Pemerintah harus serius dan tak bisa setengah hati jika ingin sejajar dengan bangsa-bangsa juara di bidang olahraga.

"Inilah momentum yang tepat untuk evaluasi. Kalau mau jujur, pembinaan prestasi kita tidak pernah beranjak. Ini karena sistem pembinaan atlet kita belum sistematis," kata pengamat olahraga Fritz Simanjuntak di Jakarta, Rabu (24/8).

Ia mengatakan, visi dan perhatian pemerintah terhadap olahraga masih sangat minim. Hal ini bisa dilihat dengan tidak adanya pusat pelatihan modern dan kompetisi olahraga yang berlevel tinggi di Indonesia.


Sumber Daya Alam

Korupsi Perizinan Ada di Beberapa Daerah


JAKARTA, KOMPAS — Korupsi perizinan diduga tidak hanya dilakukan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam, yang kini ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Korupsi serupa ditengarai juga dilakukan sejumlah kepala daerah lain.

Dugaan tersebut muncul karena Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sejak 2013 menemukan transaksi mencurigakan di rekening sejumlah kepala daerah.

"Pada tahun 2013, kami mengirimkan data transaksi mencurigakan atas nama sejumlah kepala daerah, bupati, dan wali kota kepada kejaksaan," kata Kepala PPATK M Yusuf seusai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (24/8).


Tenaga Kerja Indonesia

Semangat "Sonagi" untuk Kemajuan Ekonomi Desa


Sonagi, kini, menjadi falsafah warga Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sonagi, dalam bahasa Korea, berarti hujan deras yang turun tiba-tiba di musim panas. Bekerja ke Korea Selatan, memperoleh gaji besar, lalu pulang membangun desa.

"Bekerja di Korea sekitar 5 tahun, terus pulang ke kampung. Menjadi pekerja di Korea ibarat memperoleh hujan rezeki di tengah kesulitan mencari kerja di kampung halaman," ujar Syahidul Wildan (38), mantan pekerja Korea yang juga Ketua Paguyuban TKI Purna Bejo Group di Dusun Jongso, Wotan, Rabu (3/8).

Sambil menjaga toko kecilnya di gedung berlantai dua senilai Rp 700 juta, Wildan memaparkan, Bejo merupakan singkatan dari bangun ekonomi Jongso. Hingga Juli lalu, anggota paguyuban ini mencapai 350 orang usia 20-30 tahun. Sebagian besar merupakan mantan tenaga kerja Indonesia (TKI) di Korea Selatan, sebagian kecil lainnya masih bekerja di Korea Selatan.

Wednesday, August 24, 2016

Kompas Edisi Rabu 24 Agustus 2016

Kompas Edisi Rabu 24 Agustus 2016
Kompas Edisi Rabu 24 Agustus 2016

Program Kurang Ramah UMKM

Perlu Solusi dan Bimbingan Pajak


JAKARTA, KOMPAS — Program pengampunan pajak menjadi momentum yang tepat untuk mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah tumbuh subur. Namun, realisasi urusan administrasi dan prosedurnya justru dinilai kurang ramah terhadap kelompok usaha ini.

Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan merasa difasilitasi jika prosedur administrasi yang ditempuh dalam program pengampunan pajak mudah dan ringkas.

Namun, sebagaimana dikemukakan Gunadi, Guru Besar Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya.


Olimpiade 2016

Owi/Butet Ingin Jadi Inspirator


JAKARTA, KOMPAS — Gerbang 5 Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang baru diresmikan mendadak riuh saat peraih medali emas ganda campuran Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, tiba di lokasi, Selasa (23/8). Barikade polisi dan petugas satpam mencegah para penggila bulu tangkis, calon penumpang, dan warga di sekitar lokasi mendekati Owi dan Butet, demikian kedua atlet itu biasa dipanggil.

Walau baru menempuh penerbangan hampir 24 jam, tidak tampak wajah lelah pada keduanya. Wajah mereka tetap semringah dan terus tersenyum ketika para juru foto dan juru kamera, serta warga mengambil gambar mereka.

Ibu Liliyana, Olly Maramis (59), terharu dengan sambutan itu bagi anaknya. Dia menunggu kepulangan Liliyana bersama sang suami, Benno Natsir (60). Sejak pukul 14.00, keduanya ingin bertemu dan memeluk putri tomboinya itu.


Jelajah Sepeda

Menembus Pelangi dari Atas Roda Sepeda


Tak pernah terbayangkan "sadisnya" perjalanan mengayuh pedal sepeda menembus Copa de Flores. Jalanan mulus di hampir semua etape itu tak mampu menaklukkan curamnya tanjakan, tajamnya kelokan, dan ancaman tergelincir di setiap turunan.

Akhirnya, tantangan itu pula yang melengkapi kesempurnaan pesona alam Flores. "Perjalanan ini seperti menyaksikan pelangi. Tantangan sekaligus keindahan hadir penuh warna di setiap penjelajahan," ujar Basri Kamba, pengusaha asal Jakarta, salah satu peserta Jelajah Sepeda Flores-Timor (JSFT).

Sebanyak 76 pesepeda JSFT berkumpul dari sejumlah profesi, mulai dari pengusaha, karyawan swasta, jurnalis, dosen, hingga polisi. Masing-masing memegang harapan besar mendapatkan pengalaman tak terlupakan menjelajahi Pulau Flores dan Timor dengan bersepeda yang diselenggarakan harian Kompas didukung Bank Mandiri.

Tuesday, August 23, 2016

Kompas Edisi Selasa 23 Januari 2016

Kompas Edisi Selasa 23 Januari 2016
Kompas Edisi Selasa 23 Januari 2016

Berikan Solusi Konkret

Selesaikan Persoalan Perpajakan demi Prinsip Keadilan


JAKARTA, KOMPAS — Masih banyak persoalan perpajakan kelas menengah yang belum terakomodasi dalam program pengampunan pajak. Kondisi ini muncul baik pada payung hukum maupun pelayanan pajak. Perlu solusi mengatasi permasalahan ini demi memenuhi prinsip keadilan.

Pada umumnya, kelas menengah sudah membayar pajak dengan benar. Hal ini terutama dilakukan karyawan. Sebab, Pajak Penghasilan (PPh) langsung dipotong oleh perusahaan tempat mereka bekerja.

Namun, tidak sedikit harta kelompok kelas menengah ini yang belum dilaporkan dalam surat pemberitahuan tahunan (SPT) pajak. Hal ini, antara lain, disebabkan kelalaian wajib pajak atau kerumitan dalam mengurus persoalan administrasi.


Pesta di Rio Usai, AS Juara Umum


RIO DE JANEIRO, KOMPAS Di tengah beragam kendala, Olimpiade Rio de Janeiro 2016 terselenggara dengan baik pada 5-21 Agustus. Pahlawan olahraga dari 207 delegasi kembali ke negara masing-masing untuk berjumpa kembali di Tokyo, Jepang, empat tahun mendatang.

Amerika Serikat tampil sebagai juara umum dengan meraih 46 medali emas, 37 perak, dan 38 perunggu. Mereka dominan di cabang renang dengan 16 emas dan atletik (13 emas).

Pergeseran kekuatan terjadi antara Tiongkok dan Inggris Raya. Tiongkok, yang menempati peringkat kedua di London 2012 dengan 38 emas, kali ini turun ke posisi ketiga. Mereka kehilangan 12 emas, yaitu 3 dari bulu tangkis, 4 dari renang, dan 5 dari senam. Hanya atlet loncat indah yang mempertahankan dominasinya dengan 7 medali emas dari delapan nomor.


Infrastruktur Papua

Berjibaku Membangun Jalan Penghubung


Dum! Dentuman membahana, mengoyak sepi pagi di Mbua. Karang pun hancur berantakan, terpencar. Serpihannya melesat di kiri-kanan tubuh meski berjarak 200 meter lebih. Layar monitor kamera yang terhantam serpihan pun pecah. Krak....

Ledakan itu memberi tambahan trase jalan selebar 2 meter. Namun, tim demolasi dari Detasemen Zeni Tempur XII/Nabire dan Denzipur XIII/Sorong masih harus melakukan peledakan ulang untuk menambah lebar trase menjadi total 7 meter. Tak ada cara lain, dinding batu itu memang harus dihancurkan untuk memperlebar ruas jalan penghubung Distrik Mbua dan Distrik Dal, Kabupaten Nduga.

Keputusan itu diambil setelah tim gabungan dari Denzipur XII Nabire dan Denzipur XIII Sorong menilai trase tersebut termasuk titik rawan. Dinding karang yang berdiri tegak lurus itu berada tepat di sebuah tikungan sekaligus tanjakan curam dengan lebar badan jalan hanya 4 meter.

Monday, August 22, 2016

Kompas Edisi Senin 22 Agustus 2016

Kompas Edisi Senin 22 Agustus 2016
Kompas Edisi Senin 22 Agustus 2016

Indonesia Bergerak Maju

Waspadai Sejumlah Faktor yang Menjadikan Negara Rentan 


JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan Indonesia selama 71 tahun terakhir menunjukkan adanya perbaikan dari segi ekonomi, sosial, dan politik. Semangat kebangsaan dan sistem politik berbiaya murah perlu terus dibangun agar Indonesia terlepas dari perangkap negara ”kelas” menengah.


Indeks Negara Rentan selama satu dekade terakhir menunjukkan Indonesia perlahan-lahan makin mampu menghadapi tekanan yang bisa membuatnya ambruk. Sementara berdasarkan Indeks Demokrasi tahun 2015, di kawasan ASEAN, Indonesia hanya kalah dari Timor-Leste.

Skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia yang pada 2015 adalah 36 poin masih di bawah rata-rata IPK negara-negara Asia Tenggara, yakni 40 poin. Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.


Pengampunan Pajak

Jangan Takut-takuti Wajib Pajak


JAKARTA, KOMPAS — Sosialisasi program pengampunan pajak sebaiknya menggunakan pendekatan yang lebih persuasif dibandingkan dengan cara menakut-nakuti wajib pajak. Pendekatan persuasif diyakini akan memberikan hasil yang optimal.

Demikian diungkapkan oleh pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, dan ekonom senior Kenta Institute, Eric Alexander Sugandi, yang dihubungi secara terpisah di Jakarta, Minggu (21/8). Pemerintah gencar menyosialisasikan program pengampunan pajak. Belakangan, muncul laporan bahwa ada banyak wajib pajak yang ditakut-takuti agar mengikuti program pengampunan pajak tanpa mendapatkan penjelasan yang lebih detail.

Lana menuturkan, pendekatan yang keliru, yakni dengan menakut-nakuti wajib pajak, dikhawatirkan justru bersifat kontraproduktif terhadap upaya pemerintah dalam program pengampunan pajak. Program pengampunan pajak bertujuan merepatriasi harta warga negara Indonesia di luar negeri, mendeklarasikan harta dan aset WNI di dalam dan di luar negeri, serta mendapatkan uang tebusan dari repatriasi dan deklarasi.



Infrastruktur Papua

92 Kilometer yang Membuka Isolasi


Sebuah ruas jalan baru sepanjang 92 kilometer melintasi hamparan tundra di ketinggian 3.200 meter di atas permukaan laut, menyusuri hutan Taman Nasional Lorentz dan Danau Habbema, Papua, yang elok dan menanjak di antara celah tebing di pinggang Puncak Trikora yang beku.

 Selepas Wamena hingga Kilometer 35, ruas jalan itu licin beraspal. Namun, memasuki pinggiran Taman Nasional Lorentz hingga di atas Danau Habbema, jalan itu masih berupa pengerasan. Sejak Habbema ke arah Puncak Trikora, tanjakan terjal hingga 50 derajat, turunan curam, dan tikungan tajam ditemui. Jalan menanjak dari 3.000 di atas permukaan laut (dpl) menuju 3.700 dpl.

Suhu udara pun menggigit hingga 10 derajat celsius. Angin yang menyelusup dari jendela mobil membuat wajah dan tangan terasa beku.

Ruas jalan makin terjal sejak melewati kawasan Puncak Trikora, yang tanahnya basah berbatu bulat. Dinding tebing di kiri atau kanan jalan pun rawan longsor. Di sejumlah lokasi, bongkahan batu besar melintang di pinggir jalan. Hanya kendaraan berpenggerak empat roda yang mampu melaluinya.

Sunday, August 21, 2016

Kompas Edisi Minggu 21 Agustus 2016

Kompas Edisi Minggu 21 Agustus 2016
Kompas Edisi Minggu 21 Agustus 2016

Hasil Poros Maritim Tak Sesuai Harapan

Karnaval Pesona Toba Digelar


PARAPAT, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap implementasi konsep poros maritim yang sudah dicanangkan hampir dua tahun lalu. Menurut Presiden, keseriusan mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia belum sesuai harapan.

Presiden menginginkan pembangunan pelabuhan dilengkapi kawasan industri pengolahan ikan terpadu beserta galangan kapal kelas dunia di sepanjang pantai strategis, terutama Selat Malaka. Konektivitas antarpulau dengan pelabuhan pemandu pelayaran internasional juga menjadi prioritas pemerintah.

"Sudah hampir dua tahun kita berbicara masalah poros maritim dan sampai saat ini implementasinya masih banyak yang belum berjalan. Kita tahu dua pertiga wilayah Indonesia merupakan laut yang harus kita manfaatkan posisi strategis Indonesia di antara Samudra Hindia dan Pasifik," ujar Presiden saat membuka rapat terbatas tentang poros maritim, Sabtu (20/8) malam di Parapat, Sumatera Utara.


SELISIK BATIK

Rentang Batik di Dua Negeri


Tidak hanya di Jawa, di Pulau Suwarnadwipa pun batik tidak kalah lekat dengan kehidupan masyarakat setempat. Seperti di Jambi dan Bengkulu, kain yang dibuat dengan perintang malam ini tidak hanya dipakai dalam kehidupan keseharian, tetapi juga turut menyertai proses kehidupan sejak lahir hingga mati.

Pagi itu Nenek Sonah (70) keluar dari rumahnya untuk ke ladang. Terselip di bawah lengannya selembar kain batik jambi motif tampuk manggis. Baju dasternya juga bermotif batik yang pada bagian bawah dilapisi sarung batik bermotif durian pecah dengan tumpal pucuk rebung. "Dari dulu, tiap hari ya begini. Pakai kuluk (tudung kepala) biar tak panas," katanya.

Di huma sebelahnya, Sukiyah (58) tengah sibuk mencabuti rumput di sela tanaman kacang panjang. Di kepalanya bertengger kuluk, juga dari sarung batik.


Pendidikan Islam

Pesantren Jadi Pusat Peradaban


PONOROGO, KOMPAS — Umat Islam di dunia mulai kehilangan pusat-pusat peradaban setelah konflik dan perang melanda sejumlah negara di kawasan Timur Tengah. Oleh karena itu, pusat-pusat peradaban baru perlu diciptakan agar umat Islam tidak kehilangan tempat untuk menimba ilmu. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia, Indonesia berpeluang menjadi pusat peradaban Islam baru.

Wakil Presiden M Jusuf Kalla saat menghadiri perayaan ulang tahun ke-90 Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (20/8), mengatakan, upaya untuk menciptakan peradaban Islam baru itu bisa dilakukan lembaga pendidikan Islam, termasuk pondok pesantren. Apalagi, banyak pondok pesantren di Indonesia yang bertaraf internasional.

Salah satunya, Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor yang sudah berusia 90 tahun. Bukan hanya santrinya yang berasal dari dalam dan luar negeri, melainkan pandangan dan pemikirannya pun berprespektif global.

Saturday, August 20, 2016

Kompas Edisi Sabtu 20 Agustus 2016

Kompas Edisi Sabtu 20 Agustus 2016
Kompas Edisi Sabtu 20 Agustus 2016

Jamin Hak Warga Negara

Pengadaan E-KTP Bermasalah


JAKARTA, KOMPAS — Negara wajib menjamin hak setiap warganya untuk memperoleh identitas. Jangan sampai akses dan hak dasar warga negara dibatasi karena ada persoalan administrasi yang membuat mereka sulit mendapat identitas. Terlebih, kesulitan itu bukan karena kesalahan warga.

Persoalan ini muncul karena ada sekitar 22 juta penduduk Indonesia yang terancam sulit mengakses layanan publik jika sampai 30 September 2016 belum melakukan perekaman data kependudukan untuk pembuatan KTP elektronik (e-KTP).

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mencatat, ada lima provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak yang belum melakukan perekaman data kependudukan. Lima provinsi itu adalah Jawa Barat dengan 3.717.226 warga yang belum melakukan perekaman, Jawa Timur (3.225.386), Jawa Tengah (2.551.601), Sumatera Utara (2.429.872), dan Lampung (2.320.615).

KETIMPANGAN

Rasio Gini Belum Memuaskan


GUNUNGSITOLI, KOMPAS — Kemiskinan, kesenjangan, serta ketimpangan antarkawasan dan antarindividu merupakan masalah yang dihadapi Indonesia. Masalah lainnya, yang juga dihadapi negara lain, adalah pengangguran. Semua masalah itu harus dihentikan.

"Pembangunan infrastruktur berpengaruh sekali mengatasi masalah itu karena ada penyerapan tenaga kerja sehingga meningkatkan pendapatan," ujar Presiden Joko Widodo di Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara, Jumat (19/8).

Sementara, Jumat, Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Jakarta, berharap rasio gini bisa lebih rendah lagi. Penurunan rasio gini dinilai belum cukup memuaskan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis kemarin, rasio gini Indonesia turun dalam setahun, dari 0,408 pada Maret 2015 menjadi 0,397 pada Maret 2016. Rasio gini, sebagai indikator ketimpangan, menggunakan dasar perhitungan pengeluaran per kapita.


90 Tahun Pondok Gontor

Mendidik Generasi untuk Kemuliaan Bangsa


Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor pada 19 September 2016 memasuki usia yang ke-90 tahun. Sepanjang usianya, pondok yang didirikan tiga putra Kiai Santoso Anom Besari ini konsisten mendidik generasi untuk membangun kemuliaan bangsa Indonesia dengan terus mengembangkan sistem pendidikan yang berpijak pada tradisi dan berorientasi pada kekinian.

Ratusan santri khusyuk mengikuti ibadah shalat Isya di Masjid Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Jumat (19/8). Di halaman masjid, tenda besar berdiri menyambut kedatangan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang akan menghadiri acara sujud syukur perayaan ulang tahun ke-90, Sabtu ini.

Acara ini sebagai ungkapan syukur karena di usianya yang tidak lagi muda, Ponpes Gontor masih tetap eksis di tengah masyarakat. Bahkan, Gontor berhasil mewarnai pembangunan negeri lewat karya para santrinya yang menjadi tokoh bangsa.

Friday, August 19, 2016

Kompas Edisi Jumat 19 Agustus 2016

Kompas Edisi Jumat 19 Agustus 2016
Kompas Edisi Jumat 19 Agustus 2016

Akses bagi 22 Juta Penduduk Terancam

Blangko KTP Elektronik Kurang



JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 22 juta penduduk Indonesia akan kesulitan mengakses layanan publik jika sampai 30 September 2016 belum melakukan perekaman data kependudukan untuk pembuatan KTP elektronik. Ironisnya, kini sejumlah daerah sulit memperoleh blangko KTP elektronik.

Layanan publik yang sulit diakses itu antara lain layanan kesehatan BPJS, pendaftaran kartu perdana telepon seluler, pembuatan surat izin mengemudi, serta surat izin usaha ataupun izin perkapalan. Hal ini karena semua layanan publik itu berbasis nomor induk kependudukan (NIK).

Bahkan, mereka yang akan mendaftarkan pernikahannya ke catatan sipil juga bisa terhambat. Sebab, untuk menikah, seseorang harus memiliki KTP.


Kebangsaan

Nasionalisme Perlu Direaktualisasi


Jakarta, KompasNasionalisme Indonesia perlu direaktualisasi agar bangsa Indonesia tidak menjadi mangsa dari kekuatan transnasional. Dalam konteks kekinian, nasionalisme perlu dimaknai dengan bagaimana mengisi kemerdekaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Syamsuddin Haris, peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kamis (18/8), di Jakarta, mengatakan, nasionalisme tidak bisa hanya dimaknai sempit dengan anti kolonial, anti asing, atau sekadar mencintai produk- produk dalam negeri.

"Dari segi pemerintahan dan negara, nasionalisme mengandung terselenggaranya tata kelola negara yang tidak hanya adil, demokratis, dan sejahtera, tetapi juga bersih dari korupsi," kata Syamsuddin.


Wawancara Menteri keuangan

Membangun dan Memperkuat Fondasi Indonesia


Bagi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, keberlangsungan negara Indonesia tidak hanya untuk hari ini, tetapi selamanya. Oleh karena itu, visi dan fondasi Indonesia harus kuat.

Kompas mewawancarai Sri Mulyani, yang pernah menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia, di kantornya di Jakarta, Kamis (18/8). Berikut petikan wawancara yang berlangsung selama 52 menit itu.

Bagaimana kebijakan fiskal ke depan?

Di setiap tahapan pemerintahan, ada dua fungsi penting yang harus dilakukan, yakni fungsi manajemen situasi serta fungsi membangun dan memperkuat fondasi. Senang atau tidak senang, setelah 71 tahun usia Indonesia, selalu muncul pertanyaan, apakah kita sebagai negara memiliki fondasi baik.

Thursday, August 18, 2016

Kompas Edisi Kamis 18 Agustus 2016

Kompas Edisi Kamis 18 Agustus 2016
Kompas Edisi Kamis 18 Agustus 2016

Emas Kado Kemerdekaan

Tontowi/Liliyana Tampil Gemilang Tundukkan Chan/Goh di Final


RIO DE JANEIRO, KOMPAS Atlet, pelatih, ofisial, dan suporter RI lantang menyanyikan "Indonesia Raya" pada hari terakhir penampilan atlet-atlet Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mewujudkan momen itu di HUT Ke-71 RI.

Ganda campuran Tontowi/Liliyana menyumbangkan satu-satunya medali emas Indonesia setelah memenangi final ganda campuran atas ganda Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, dengan skor 21-14, 21-12 di Paviliun 4 Riocentro, Rabu (17/8) siang waktu setempat. Inilah puncak perjuangan 28 atlet Indonesia dalam persaingan 10.000-an atlet dari 207 delegasi sejak Olimpiade Rio dibuka pada 5 Agustus.

Rasa bangga, bahagia, dan haru menyatu dalam tangis Tontowi, Liliyana, pelatih ganda campuran Richard Mainaky, dan semua pendukung Indonesia di Riocentro. Suporter Indonesia, yang jumlahnya lebih banyak daripada pendukung tim lawan, tak henti memberi semangat kepada Tontowi/Liliyana.


RAPBN 2017

Faktor Domestik Jadi Penentu Pertumbuhan


JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berkomitmen memelihara momentum pertumbuhan ekonomi pada 2017. Di tengah situasi perekonomian global yang masih lemah, sumber pertumbuhan di dalam negeri menjadi penentu daya tumbuh. Salah satu kuncinya adalah ekspansi dunia usaha.

Dunia usaha menjadi faktor penting. Hal ini menilik kondisi perekonomian Indonesia saat ini yang diwarnai dengan keterbatasan kapasitas fiskal.

Demikian pesan yang dipetik dari pidato Presiden Joko Widodo terkait substansi Rancangan APBN 2017 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017. Presiden menyampaikan pidato pengantar RAPBN 2017 dan nota keuangan pada Rapat Paripurna DPR di Jakarta, Selasa (16/8).


Kembar Siam

Yuliana-Yuliani Setelah 29 Tahun Pisah


Dua puluh sembilan tahun silam, Yuliana dan Yuliani adalah kisah kembar siam yang mendebarkan. Kini, mereka tak kenal lelah menggapai mimpi. Yuliana ialah mahasiswa program doktoral, sementara Yuliani menjadi dokter.

Kisah mereka bermula tahun 1987, saat kembar siam Yuliana-Yuliani, anak pasangan Tularji dan Hartini dari Tanjung Pinang, terlahir kembar siam dempet di kepala secara vertikal (kraniopagus). Pada usia 2 bulan 21 hari, kembar siam itu menjalani operasi di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Adalah Padmosantjojo, ahli bedah saraf RSCM saat ini, berperan banyak pada operasi pemisahan si kembar. Dengan ketelitiannya, pria kelahiran Kediri, 26 Februari 1937, itu memisahkan selaput otak (duramater) yang berlekatan dengan pisau bedah biasa dan mata telanjang. Operasi pada 21 Oktober 1987 itu jadi tonggak sejarah bidang kedokteran di Indonesia, khususnya bedah saraf.

Tuesday, August 16, 2016

Kompas Edisi Selasa 16 Agustus 2016

Kompas Edisi Selasa 16 Agustus 2016
Kompas Edisi Selasa 16 Agustus 2016

Kasus Arcandra Jadi Pelajaran

Keputusan Presiden Joko Widodo Diapresiasi


JAKARTA, KOMPAS — Keputusan Presiden untuk memberhentikan dengan hormat Arcandra Tahar, dari jabatannya sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, patut dihargai. Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi staf Presiden untuk cermat dalam menjalankan administrasi negara.

 Selain itu, posisi Menteri ESDM perlu segera diisi karena ada sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Hal itu antara lain terkait pengelolaan Blok Masela dan perpanjangan kontrak karya PT Freeport di Papua.

Kepastian pengisian jabatan Menteri ESDM penting karena dalam penjelasan yang disampaikan Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Senin (15/8) pukul 21.00 di Kantor Presiden, Jakarta, tidak disebutkan sampai kapan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjabat Pelaksana Tugas Menteri ESDM.


Peluang Emas Kembali Berkurang


Rio de Janeiro, Kompas Kekalahan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda mengurangi peluang medali emas bagi Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro. Cabang bulu tangkis, yang paling diandalkan menyumbangkan emas, hingga Senin (15/8) siang di Rio atau Senin tengah malam WIB, menyisakan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Tommy Sugiarto.

Greysia/Nitya terhenti di perempat final setelah dikalahkan ganda Tiongkok, Yu Yang/Tang Yuanting, 11-21, 14-21. Dalam pertandingan yang berlangsung di Paviliun 4 Riocentro, ganda putri nomor satu Indonesia itu hanya bisa unggul hingga poin kedelapan di gim pertama. Setelah itu, mereka tak kuasa menahan ganda Tiongkok yang memiliki karakter permainan menyerang dalam tempo cepat.

"Tentu kami sangat kecewa dengan kekalahan ini karena kami menargetkan medali, tidak hanya tampil hingga perempat final. Ini terjadi karena kami sulit keluar dari tekanan ketika lawan sudah mengontrol permainan," kata Greysia dengan suara menahan tangis.


Kiprah Kaum Muda

Ledakan Energi Generasi Milenial


CEO alias chief executive officer perusahaan start up yang berusia 30-an tahun bertebaran di beberapa ajang pertemuan kreatif. Mereka membangun perusahaan sendiri yang menembus pasar internasional. Generasi milenial ini cerdik mengawinkan kekuatan lokal dan visi global.

Popcon Asia 2016 di Jakarta Convention Center, Jakarta, 12-14 Agustus lalu, memperlihatkan banyak kaum muda penggerak industri kreatif. Sebagian dari mereka merintis perusahaan sendiri. Pada kartu nama, mereka mencantumkan jabatan sebagai CEO (chief executive officer), owner (pemilik),atau founder (pendiri).

Win Rico (31), desainer kaus yang membuka stand di Popcon Asia 2016, contohnya. Dia mendirikan FopiFopi sejak masih kuliah di Universitas Yayasan Administrasi Indonesia (YAI), Jakarta. Lewat promosi di komunitas desainer kaus emptees.com, dia meraih pesanan dari vokalis band Bring Me the Horizon, Oliver Sykes.

Monday, August 15, 2016

Kompas Edisi Senin 15 Agustus 2016

Kompas Edisi Senin 15 Agustus 2016
Kompas Edisi Senin 15 Agustus 2016

Kaum Muda Merdeka Berkarya


JAKARTA, KOMPAS — Indonesia semakin ditantang untuk berkiprah di dunia yang kini nyaris tanpa batas berkat teknologi informasi. Perlahan tetapi pasti, sejumlah anak muda dari berbagai penjuru Nusantara menjadi warga dunia yang mampu menyambar peluang dan pekerjaan di industri kreatif. Energi mereka berpotensi mendorong kemajuan bagi bangsa yang sudah 71 tahun merdeka ini.

Arfi’an Afandi (30) tinggal di Canden, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Namun, anak muda yang menggeluti desain rekayasa itu merambah pasar dunia sejak 2009. Ia mendesain pesawat ringan untuk perusahaan di Amerika Serikat.

Pasar global kian dekat ketika ia bersama adiknya, M Arie Kurniawan (25), dan tim memenangi kompetisi desain tiga dimensi oleh General Electric dan GrabCAD pada 2014. Desain jet engine bracket—salah satu komponen pengangkat mesin pesawat—menjadi juara dengan menyisihkan 700 desain dari 53 negara. Sebagian kompetitor mereka bertitel doktor atau lulusan universitas dunia. Padahal, Arfi’an dan Arie ”hanya” lulusan SMK.


KEWARGANEGARAAN ARCANDRA

Administrasi Negara Ceroboh


JAKARTA, KOMPAS — Polemik status kewarganegaraan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar mencerminkan kecerobohan administrasi negara. Kepercayaan publik bisa terganggu jika pemerintahan Presiden Joko Widodo tidak bisa menjelaskan status kewarganegaraan Arcandra, yang diduga telah menjadi warga negara Amerika Serikat sejak 2012.

Syamsuddin Haris, peneliti senior Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Jakarta, Minggu (14/8), berpendapat, polemik kewarganegaraan Arcandra menunjukkan kecerobohan administrasi negara. Kecerobohan ini bukan sebatas soal pemeriksaan latar belakang calon menteri, melainkan juga ketidakmampuan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Kementerian Luar Negeri memonitor WNI berpaspor ganda.

"Tidak ada sinergi Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Luar Negeri, dan Imigrasi (Kemenkumham) dalam soal yang sama," kata Syamsuddin. Syamsuddin mendorong pemerintah berbenah agar kejadian serupa tidak terulang.


FENOMENA SOSIAL

Kisah Hamba dan Tuan dari Sumba


Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan 71 tahun lalu. Namun, sebagian penduduknya masih jauh untuk dikatakan "merdeka". Di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, tak sedikit orang menjadi hamba secara turun-temurun: melayani tuannya hingga ajal.

Malam baru saja menjelang ketika kami bertemu dua perempuan tua di salah satu rumah warga Desa Padira Tana, Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Sumba Tengah. Pertemuan itu melalui proses berliku. Seorang tokoh masyarakat akhirnya bersedia mempertemukan kami dengan beberapa hamba dengan beberapa syarat, salah satunya identitas dirahasiakan.

"Saya tidak tahu lagi umur berapa. Sejak lahir sudah jadi ata karena orangtua juga ata," ujar seorang di antaranya, sekitar 60 tahun. "Kami buta huruf, tak pernah sekolah," ujarnya lagi. Suara terbata. "Kami hanya ingin nasib anak cucu kami lebih baik nantinya."


Sunday, August 14, 2016

Kompas Edisi Minggu 14 Agustus 2016

Kompas Edisi Minggu 14 Agustus 2016
Kompas Edisi Minggu 14 Agustus 2016

Reputasi Presiden Jadi Taruhan

Status WNI Arcandra Disoal


JAKARTA, KOMPAS — Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla harus menjelaskan status kewarganegaraan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar terkait tuduhan bahwa yang bersangkutan sudah menjadi warga negara Amerika Serikat sejak Maret 2012.

 Pakar hukum tata negara Refly Harun saat dihubungi, Sabtu (13/8), menuturkan, pemerintah perlu segera mengumumkan secara jelas terkait status kewarganegaraan Arcandra agar tidak membuat kekisruhan di ruang publik.

Ia menambahkan, hukum di Indonesia hanya memperbolehkan individu memiliki satu kewarganegaraan. ”Kalau info tersebut benar, Arcandra harus memilih kewarganegaraannya,” ujarnya.


Bulu Tangkis

Perjalanan Singkat Hendra/Ahsan di Rio de Janeiro


RIO DE JANEIRO, KOMPAS Pukulan telak didapat kontingen Indonesia. Ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, salah satu andalan untuk meraih medali emas, harus mengakhiri perjalanan di Olimpiade Rio de Janeiro dengan cepat. Mereka tersingkir di babak penyisihan grup dalam momen yang kemungkinan menjadi Olimpiade terakhir bagi Hendra.

 Dua kekalahan dari tiga pertandingan di Grup D memastikan tersingkirnya Hendra/Ahsan. Salah satunya kekalahan dari ganda Tiongkok, Chai Biao/Hong Wei, 15-21, 17-21, yang terjadi di Pavilion 4, Riocentro, Sabtu (13/8).

Berkebalikan dengan Hendra/Ahsan, kemenangan itu meloloskan Chai/Hong ke perempat final dengan status peringkat kedua Grup D, di bawah Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang). Berstatus ”kuda hitam”, Endo/Hayakawa justru memastikan lolos lebih dulu setelah menang atas Hendra/Ahsan dan Chai/Hong.


Kapitalisme

Kopi Toraja, Kopi Para Dewa


Pesta kematian rambu solo’ lengkap dengan tradisi potong kerbau (mantunu) yang bersimbah darah itu memang khas Toraja. Juga upacara rambu tuka’ sebagai bentuk sujud syukur kepada Puang Matua, sang pemberi hidup. Dua ritus besar ini ikut membuat Toraja dikenal luas hingga ke mancanegara. Hanya itukah?

 Di panggung dunia, sejatinya nama Toraja lebih identik dengan kopi. Pengalaman Insmerda Lebang (67) ketika melawat ke Eropa, terutama saat mengunjungi beberapa negara di kawasan Nordik-Skandinavia, membuat kebanggaannya sebagai orang Toraja membuncah. Ia menemukan kenyataan bahwa ternyata kopi berlabel nama toraja (toraja arabica coffee) mendapat tempat istimewa: dipajang sangat mencolok di kafe-kafe bergengsi di sana.

”Waktu itu kami sedang berlibur. Di Eslandia, sekali waktu kami mesti berteduh karena turun hujan. Saya masuk ke satu kafe. Begitu mau cari tempat duduk, saya lihat ada kopi toraja dan termasuk yang direkomendasikan oleh pihak pengelola kafe kepada para tamunya,” kata Insmerda saat ditemui di Makale, Tana Toraja, akhir Juli lalu.

Saturday, August 13, 2016

Kompas Edisi Sabtu 13 Agustus 2016

Kompas Edisi Sabtu 13 Agustus 2016
Kompas Edisi Sabtu 13 Agustus 2016

Transaksi Jaringan Freddy Amat Besar

Tim Independen Mulai Bekerja


JAKARTA, KOMPAS — Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menemukan transaksi mencurigakan dalam jumlah amat besar dan memakai berbagai cara, yang diduga terkait dengan jaringan narkoba Freddy Budiman. PPATK telah melaporkan hal itu ke Badan Narkotika Nasional.

Wakil Kepala PPATK Agus Santoso menuturkan, PPATK telah mengirimkan laporan hasil analisis (LHA) terkait kasus Freddy kepada BNN secara bertahap sejak tahun 2012. Laporan terbaru dikirimkan pada April lalu dengan total aliran dana Rp 3,6 triliun.

"Freddy Budiman setiap tahun terindikasi terlibat kasus (narkoba). Transaksinya sangat besar, rumit, dan melibatkan multimodus kejahatan," ujar Agus saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (12/8).


Hukum Lingkungan

Memenangkan Perkara Bukan Tujuan Akhir


JAKARTA, KOMPAS — Putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (11/8), yang memenangkan gugatan perdata Rp 1,07 triliun atas kasus kebakaran lahan di konsesi PT National Sago Prima bukan tujuan akhir penggugat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Putusan itu diharapkan menjadi acuan pengadilan dalam menangani kasus sejenis.

Direktur Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Jasmin Ragil Utomo mengatakan, meski menang, pihaknya tetap menyiapkan strategi jika sewaktu-waktu PT National Sago Prima (NSP) mengajukan banding.

"Jika NSP ajukan banding, kami akan lakukan kontra memori banding untuk menegaskan dan memperkuat putusan PN Jakarta Selatan," kata Jasmin.


Jelajah Sepeda

Mengayuh Pedal, Temukan Kehidupan


Pengantar Redaksi

Untuk kesembilan kali dalam sembilan tahun terakhir, "Kompas" menggelar jelajah sepeda. Kali ini menyusuri Pulau Flores dan Timor di Nusa Tenggara Timur. Perjalanan bersepeda bernama Jelajah Sepeda Flores-Timor ini menempuh jarak 1.200 kilometer, mulai dari Labuan Bajo hingga Atambua. Laporan kegiatan ini dapat dibaca setiap hari mulai Sabtu (13/8) hingga Rabu (24/8).

Bersepeda tidak sebatas berolahraga. Mengayuh pedal jarak jauh telah menjelma sebagai upaya menghayati hidup. Pesepeda mengorbankan waktu dan biaya untuk menyusuri alam, mencari hakikat hidup. Bersepeda jarak jauh kian diminati.

"Semakin jauh kita bersepeda, sebetulnya semakin dalam kita memahami hakikat hidup. Setiap kali kita menghadapi jalan tanjakan, maka setelah itu pasti ada turunan dan tanjakan lagi. Begitu pula dengan siklus kehidupan. Maka, di sini kita dilatih untuk selalu lapang dada, bersabar, rendah hati, dan selalu becermin diri," kata Djoko Edi Santoso (60), peserta asal Jakarta, yang pernah bersepeda dari Sabang ke Jakarta tahun 2015 dan Surabaya-Jakarta tahun 2014.

Friday, August 12, 2016

Kompas Edisi Jumat 12 Agustus 2016

Kompas Edisi Jumat 12 Agustus 2016
Kompas Edisi Jumat 12 Agustus 2016

Satukan Tim Investigasi

Presiden: Telusuri Dugaan Keterlibatan Aparat


BADUNG, KOMPAS — Presiden Joko Widodo, Kamis (11/8), di Bali, meminta tim yang dibentuk kepolisian untuk menelusuri informasi dugaan keterlibatan aparat negara dalam jaringan narkoba Freddy Budiman. Jika informasi itu terbukti benar, harus diproses secara serius.

 Selain dari Polri, saat ini juga ada tim lain yang dibentuk untuk mengungkap dugaan keterlibatan aparat negara dalam jaringan Freddy, seperti yang dituliskan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar. Tim itu dibentuk oleh TNI, Badan Narkotika Nasional (BNN), serta Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Terkait hal itu, Presiden perlu membentuk satu tim yang bersifat lintas lembaga dan diisi oleh tokoh masyarakat yang dipercaya. Tim berada di atas atau menggabungkan beberapa tim yang kini dibentuk sejumlah institusi untuk mengungkap kebenaran cerita Haris.


Kekerasan Di Sekolah

Perkuat Mental Anak Mulai dari Keluarga


JAKARTA, KOMPAS — Kekerasan yang melibatkan guru dan orangtua murid di Makassar, Sulawesi Selatan, ibarat puncak gunung es dari rapuhnya nilai-nilai budi pekerti di lingkungan keluarga dan sekolah. Pada kasus per kasus yang terjadi di beberapa wilayah Tanah Air selama ini, baik guru, siswa, maupun orangtua sama-sama punya andil kerapuhan mental.

 ”Umumnya berawal dari guru yang memberi hukuman fisik kepada siswa karena tidak mampu mengelola situasi. Lalu muncul sikap cengeng siswa dengan mengadu ke orangtua. Tak ayal, orangtua pun melampiaskan emosinya tanpa peduli lagi lingkungan sekolah,” ujar Hidayat Nahwi Rasul, pengamat pendidikan keluarga, di Jakarta, Kamis (11/8).

Hidayat menilai, daftar panjang kasus kekerasan di sekolah adalah cerminan tidak kuatnya mental guru, anak, dan orangtua menghadapi situasi yang sulit. Guru dan orangtua temperamental, ditingkahi dengan sikap cengeng anak. Jika semuanya bermental kuat, situasi sesulit apa pun bisa dikelola dengan baik tanpa menimbulkan gesekan.


OBAT ILEGAL

”Gelap” dan ”Terang” di Depan Mata


Tak sembarangan perusahaan boleh menyalurkan produk farmasi. Faktanya, ada jalur resmi dan tak resmi distribusi obat. Jalur resmi diawasi ketat demi menjamin mutu dan keamanan obat. Sementara pelaku jalur ilegal mengandalkan relasi untuk menyalurkan obat yang tak terjamin mutu, keamanan, dan manfaatnya.

Seorang tenaga pemasaran dari pedagang besar farmasi (PBF) PT Harsen Laboratories, Rianto, menuturkan, untuk jadi tenaga pemasaran obat, dirinya tak perlu memiliki gelar akademis atau spesialisasi khusus. Lulusan SMA pun bisa. Dalam sebulan, tenaga pemasaran mendapat upah dari PBF sebesar upah minimum regional. Bonus Rp 500.000-Rp 2 juta didapat jika target penjualan tercapai. ”Dalam sebulan kami harus bisa menjual produk Rp 500 juta-Rp 1 miliar,” ujarnya.

Rianto yang ditemui di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (9/8), menjamin distributor resmi hanya memasok obat asli. Sebagai tenaga pemasaran, ia bekerja mengenakan seragam dengan logo produk obat yang ia distribusikan. Apotek rakyat di Pasar Pramuka jadi salah satu tempat Rianto menjual obat.

Thursday, August 11, 2016

Kompas Edisi Kamis 11 Agustus 2016

Kompas Edisi Kamis 11 Agustus 2016
Kompas Edisi Kamis 11 Agustus 2016

Polri Tunda Pengusutan Kasus Haris

Inisiatif Presiden Ditunggu


JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Negara Republik Indonesia menunda menyelidiki dugaan pencemaran nama baik Polri, Tentara Nasional Indonesia, dan Badan Narkotika Nasional yang dilakukan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Haris Azhar.

Langkah ini diambil karena Polri memprioritaskan menyelesaikan investigasi terkait dugaan keterlibatan oknum Polri dalam penanganan kasus narkoba dengan terpidana mati Freddy Budiman. Investigasi itu dilakukan tim independen Polri yang diketuai Inspektur Pengawasan Umum Komisaris Jenderal Dwi Priyatno.

"Kami fokus pada investigasi tim independen sehingga penanganan laporan (terhadap Haris) ditunda sementara. Tim independen akan menyelidiki substansi terkait tuduhan adanya oknum Polri yang menerima uang sekitar Rp 90 miliar dari Freddy. Ini yang kami cari, apakah ada perkara yang berkaitan dengan gratifikasi atau penyuapan?" kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, Rabu (10/8), di Jakarta.


KEKERASAN DI SEKOLAH

Sistem Pendidikan Saatnya Dibenahi


MAKASSAR, KOMPAS — Di tengah gencarnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyerukan pembangunan karakter pada peserta didik, kasus kekerasan yang melibatkan pendidik malah terus terjadi.

Terakhir, Rabu (10/8), seorang guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Makassar, Sulawesi Selatan, dianiaya oleh orangtua siswa. Diduga, kasus ini berawal ketika guru tersebut menegur MA, siswa yang tidak mengikuti pelajaran menggambar.

Pakar pendidikan dan pelatih guru Itje Chodidjah mengungkapkan, rentetan kasus tersebut menunjukkan ada kekeliruan mendasar dalam sistem pendidikan, termasuk sistem pendidikan guru dan penghargaan orangtua terhadap guru atau sekolah.


Peraih Medali Olimpiade 2016

Harum Indonesia oleh Yuni dan Eko Yuli


Dari pinggiran Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sri Wahyuni Agustiani (22) mengharumkan Indonesia lewat medali perak angkat besi putri Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Persembahan serupa dilakukan lifter putra Eko Yuli Irawan yang berasal dari Metro, Lampung. Perjuangan kedua lifter didukung doa keluarga bersahaja.

"Yuni mohon doa agar lewat angkat besi bisa membuat bangga Indonesia," tutur Rosita (41), ibunda Yuni, panggilan Sri Wahyuni, di rumah 56 meter persegi, dalam labirin Gang Masjid, Desa Banjaran Wetan, Banjaran, Kabupaten Bandung, Rabu (10/8). Ia mengulang permintaan anaknya yang diucapkan saat keduanya bertemu di Bekasi, Juli 2016.

Dengan biaya Rp 100.000, Rosita datang menggunakan bus umum untuk melepas Yuni berlaga di Rio 2016. "Sembari menangis haru, saya bilang selain makanan kesukaannya, ikan peda dan tutut, saya hanya membawa doa," kata Rosita, pegawai negeri sipil di salah satu dinas di Kabupaten Bandung.

Wednesday, August 10, 2016

Kompas Edisi Rabu 10 Agustus 2016

Kompas Edisi Rabu 10 Agustus 2016
Kompas Edisi Rabu 10 Agustus 2016

Hasil Kerja Tim Ditunggu

Beberapa Lembaga Menelusuri Informasi Haris Azhar


JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah lembaga membentuk tim untuk menindaklanjuti informasi Haris Azhar dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan terkait Freddy Budiman. Hasil kerja tim ini akan menunjukkan keseriusan lembaga terkait dalam memberantas narkoba.

Pembentukan tim ini antara lain dilakukan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Anggota tim independen yang dipimpin Inspektur Pengawasan Umum Polri Komisaris Jenderal Dwi Priyatno ini berasal dari internal Polri ataupun dari luar Polri, yaitu Hendardi dari Setara Institute, komisioner Komisi Kepolisian Nasional Poengky Indarti, dan pemerhati komunikasi Effendi Gazali,

Sebelumnya, Badan Narkotika Nasional (BNN), Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia juga telah membentuk tim untuk mengusut kebenaran isi tulisan Haris.


Salah Strategi, Eko Gagal Raih Emas


Rio de Janeiro, Kompas. Kesalahan strategi menggagalkan lifter Indonesia, Eko Yuli Irawan, meraih medali emas kelas 62 kilogram cabang angkat besi Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Eko meraih perak dengan angkatan total 312 kilogram dalam lomba di Paviliun 2 Riocentro, Rio de Janeiro, Brasil, Senin (8/8) malam waktu setempat. Dia kalah dari lifter Kolombia, Oscar Albeiro Figueroa Mosquera, dengan total angkatan 318 kilogram. Adapun perunggu didapat oleh lifter Kazakhstan, Farkhad Kharki (305 kilogram).

Selasa (9/8) dini hari WIB, kans emas pertama untuk Indonesia di Rio 2016 sebenarnya terbuka saat lifter asal Tiongkok, Chen Lijun, pesaing terberat Eko, mundur sebelum menuntaskan angkatan snatch karena cedera hamstring. Lijun merupakan pemegang rekor dunia untuk jenis clean and jerk dan total. Absennya juara bertahan Kim Un-guk (Korea Utara), karena skors terkait doping, juga membuka peluang ini.

Di atas panggung, Lijun "menggertak" dengan mematok angkatan snatch (barbel langsung ke atas kepala) terberat, yakni 145 kilogram (kg), tetapi gagal pada dua kesempatan pertama. Ia bahkan tak mampu mengangkat barbel setinggi lututnya. Pendukung Lijun terdiam saat melihat idolanya tak berdaya.


PARIWISATA

Mengubah Nasib Kawasan Terpencil


Pariwisata menjadi nadi ekonomi baru di Banyuwangi, Jawa Timur. Denyutnya menghidupkan perekonomian lokal di pelosok desa. Dari sektor itu, sebagian jalan menuju kesejahteraan warga ditemukan.

Bonjour! Je m'appelle Robixs. J'habite à Banyuwangi. Enchanté. (Halo! Nama saya Robixs. Saya tinggal di Banyuwangi. Senang bertemu dengan Anda)," sapa Robixs alias Muhammad Rofik (40), menyambut rombongan turis Perancis.

Robixs kala itu hanya bercelana pendek. Tangannya masih kotor dengan debu belerang yang ia bawa dari puncak. Peluh pun membasahi seluruh badannya. Namun, sang turis tak merasa terganggu. Ia malah semringah bertemu dengan Robixs. Saat menemukan ada petambang yang bisa bahasa mereka, tanpa berpikir dua kali, Robixs diajak jalan menemani mereka.

Tuesday, August 9, 2016

Kompas Edisi Selasa 9 Agustus 2016

Kompas Edisi Selasa 9 Agustus 2016
Kompas Edisi Selasa 9 Agustus 2016

Kesehatan Bangsa Tak Terlindungi

Bisnis Obat Menggiurkan, tapi Lemah Pengawasan


JAKARTA, KOMPAS — Tidak terkendalinya peredaran obat di Indonesia membuka peluang masuknya obat palsu, kedaluwarsa, dan obat yang diproduksi tak benar di masyarakat. Akibatnya, kesehatan bangsa tergadaikan dan kelanjutan program Jaminan Kesehatan Nasional terancam. Namun, koordinasi dan penegakan aturan yang ada sangat lemah.

 Obat adalah komoditas khusus sehingga pengaturannya tak bisa disamakan dengan barang konsumsi lain. Dengan pengaturan produksi dan distribusi yang ketat, masuknya obat ilegal, termasuk di dalamnya obat palsu, di masyarakat bisa dicegah.

”Obat ilegal berpotensi tidak aman, juga palsu, karena tak ada penilaian obyektif dan ilmiah dari ahli atau lembaga kompeten. Kemanjuran dan keamanannya pun tak terjamin,” kata Guru Besar Ilmu Farmakologi dan Farmasi Klinis Universitas Gadjah Mada Zullies Ikawati yang dihubungi dari Jakarta, Senin (8/8).


Riau Ega Taklukkan Juara Dunia


RIO DE JANEIRO, KOMPAS Atlet putra Indonesia, Riau Ega Agatha Salsabila, menyita perhatian penonton dan kontingen lain di Sambodrome, arena panahan Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, Senin (8/8). Ega menaklukkan juara dunia, Kim Woo-jin (Korea Selatan), di babak kedua, dengan skor 6-2.


 Kim adalah juara dunia panahan 2011 dan 2015. Tiga hari sebelumnya, Kim, yang peringkat pertama dunia, memecahkan rekor dunia perolehan poin individu ketika baru memasuki babak penentuan peringkat.

Dalam perlombaan itu, Ega berhasil mengatasi rasa gugupnya dan menaklukkan Kim dalam tiga dari empat set perlombaan. Setiap set yang dimenangi memberi Ega dua poin.


PRODUK FARMASI

Ancaman Kesehatan Sedekat Ujung Jari


Teknologi gawai pintar kian memudahkan aktivitas manusia. Dengan sentuhan jari saja, kita bisa membeli barang yang kita inginkan. Namun, dalam membeli produk farmasi, kemudahan pembelian secara daring tanpa pemahaman risikonya justru bisa menjadi ancaman bagi kesehatan diri sendiri.

"Nanya dijawab, malah enggak percaya. Itu sudah teruji sesuai petunjuk pemakaian," ujar seseorang dengan nama akun Ferry Mustagfirin, dalam percakapan via layanan Blackberry Messenger (BBM), Sabtu (6/8) lalu. Ia menjawab pertanyaan Kompas seputar obat bermerek Cialis yang dijualnya secara daring, termasuk ada atau tidaknya efek samping obat.

Cialis merupakan obat keras berisi zat aktif tadalafil, yang dipakai untuk terapi pria dengan disfungsi ereksi. Para penjual dengan izin tak jelas mempromosikannya sebagai obat kuat bagi pria. "Artis banyak lho yang beli, ha-ha-ha..... Tapi (nama-nama artis itu) rahasia," kata Ferry, berupaya meyakinkan.

Monday, August 8, 2016

Kompas Edisi Senin 8 Agustus 2016

Kompas Edisi Senin 8 Agustus 2016
Kompas Edisi Senin 8 Agustus 2016

Peredaran Obat Tak Terkendali

Lebih dari 80 Persen Sarana Kefarmasian Menyalahi Aturan


JAKARTA, KOMPAS — Terkuaknya peredaran vaksin palsu sejatinya merupakan bagian dari masalah lebih besar, yakni tak terkendalinya distribusi obat. Banyak obat, termasuk obat keras, diperjualbelikan bebas oleh orang ataupun badan usaha yang tak berhak atau menyalahi aturan. Meski berlangsung puluhan tahun, upaya serius pemerintah menegakkan aturan distribusi obat belum nyata.

Penelusuran Kompas hingga Minggu (7/8) di sejumlah pasar, warung, minimarket, pedagang kaki lima, toko obat, toko daring, dan apotek di Jakarta, Bogor, dan Tangerang Selatan menunjukkan mudahnya memperoleh obat. Kemudahan itu membuka peluang besar peredaran obat palsu, obat kedaluwarsa, obat tanpa izin edar, hingga obat-obatan yang mengandung bahan berbahaya.

Salah satu jenis obat yang mudah diperoleh ialah penggugur kandungan. Obat itu dijual pedagang minuman di Pasar Pramuka, Jakarta Timur. Meski dijual agak tersembunyi, banyak pedagang makanan dan minuman menawarkan jasa untuk mendapatkan obat itu.


Medali Penyemangat dari Sri Wahyuni


RIO DE JANEIRO, KOMPAS Tak gentar terhadap lawan, juga ketepatan strategi, mengantar lifter putri Sri Wahyuni berdiri di podium dengan kalungan medali perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016, di cabang angkat besi kelas 48 kilogram. Prestasi Yuni dalam debutnya di Olimpiade ini bisa menjadi penyemangat bagi atlet Indonesia lainnya untuk menampilkan aksi terbaik.


Yuni merebut medali perak pada hari pertama cabang angkat besi. Di panggung Paviliun 2 Riocentro, Rio de Janeiro, Brasil, Sabtu (6/8) malam waktu setempat, Yuni menunjukkan ketangguhannya meski lalu kalah dari lifter Thailand, Sopita Tanasan.

"Medali ini saya persembahkan bagi Indonesia. Saat akan mengangkat beban, saya selalu ingat ini untuk Indonesia," ujar Yuni sambil memperlihatkan medali peraknya. Medali itu akan disimpan di lemari kaca di rumahnya bersama medali lain, termasuk saat juara dunia yunior pada 2014.


PERLINDUNGAN WARGA NEGARA

Penyanderaan WNI Makin Merajalela


JAKARTA, KOMPAS — Di tengah upaya pemerintah membebaskan 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan, kini seorang WNI, Herman Bin Manggak (38), kembali disandera. Penyanderaan warga asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, yang jadi kapten kapal penangkap udang berbendera Malaysia ini merupakan peristiwa kelima dalam enam bulan terakhir.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu Lalu M Iqbal, Minggu (7/8), menuturkan, Kemlu sudah mengetahui penyanderaan itu sejak 5 Agustus. "Kapal itu berbendera Malaysia dan berpangkalan di kota Sandakan, Malaysia. Peristiwa terjadi di wilayah Malaysia, korban diperkirakan dilarikan ke Filipina," papar Iqbal.

Kantor berita Malaysia, Bernama, Sabtu (6/8), memberitakan, sebuah perahu nelayan khas Filipina yang berisi tiga pria berseragam loreng lusuh dengan senapan M-16 dan seorang pria tidak bersenjata menghadang kapal nelayan SN 6599/4/F yang berpangkalan di Sandakan. Peristiwa ini terjadi di perairan antara Sabah, Malaysia, dan Filipina selatan, Rabu (3/8) petang.

Sunday, August 7, 2016

Kompas Edisi Minggu 7 Agustus 2016

Kompas Edisi Minggu 7 Agustus 2016
Kompas Edisi Minggu 7 Agustus 2016

Pesan Lestari dari Olimpiade Rio

Warga Brasil Kurang Antusias, Temer Dicemooh


RIO de JANEIRO, KOMPAS Dengan anggaran terbatas, pembukaan Olimpiade Rio de Janeiro 2016 tak bisa dibandingkan dengan kecanggihan dan kemegahan Olimpiade London 2012 dan Beijing 2008. Namun, pembukaan Olimpiade Rio membawa pesan membumi tentang alam dan kemanusiaan.

Harian Kompas dari Rio de Janeiro, Brasil, melaporkan, pembukaan Olimpiade Rio berlangsung di stadion kebanggaan Brasil, Maracana, Jumat (5/8) malam waktu setempat atau Sabtu pagi di Indonesia. Sejak awal, mereka yang terlibat dalam tim upacara pembukaan menjanjikan membuat acara yang meninggalkan kesan di hati meski dengan anggaran terbatas.

Media internasional memberitakan, anggaran untuk upacara pembukaan Rio itu 10 kali lebih kecil daripada anggaran upacara pembukaan Olimpiade London 2012 yang mencapai 41,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 546 miliar.


KEAMANAN REGIONAL

Terorisme Ancaman Besar ASEAN


JAKARTA, KOMPAS — Terbongkarnya rencana serangan kelompok teroris Katibah Gonggong Rebus ke Singapura semakin menguatkan dugaan bahwa terorisme merupakan ancaman besar bagi negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Oleh karena itu, negara anggota ASEAN akan terus meningkatkan koordinasi dalam pencegahan terorisme, antara lain di bidang intelijen.

Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengemukakan hal itu seusai membuka Muktamar Nasional Rabithah Alawiyah di Jakarta, Sabtu (6/8). ”Selain itu, tiap-tiap negara juga mempunyai tugas memperkuat masyarakat, terutama dalam bidang perekonomian dan pendidikan,” kata Kalla.

Seperti diberitakan, Tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri menangkap enam terduga teroris Katibah Gonggong Rebus (KGR) di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (5/8). Mereka adalah GRD (31), TS (46), ES (35), TAR (21), HGY (20), dan MTS (19). GRD merupakan bagian kelompok teror asal Solo, Jawa Tengah, yang memiliki hubungan baik dengan Bahrun Naim, salah seorang pemimpin sayap militer Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) asal Indonesia (Kompas, 6/8).


SELISIK BATIK

Api Kecil dari Ciamis


Batik dari tanah Priangan adalah simbol daya hidup dan keuletan. Pernah mengantarkan Priangan menuju kejayaan, tetapi nyaris lenyap digulung serbuan tekstil motif batik. Meski demikian, generasi penerusnya tetap keras kepala mempertahankan eksistensi batik dari gigitan kepunahan.

Hampir setengah abad setelah keruntuhan batik di Ciamis, daya hidup dan keuletan kini kembali muncul dari sebuah sudut tak terlihat di Ciamis, Jawa Barat. Di sebuah tempat pembuatan batik di kompleks Koperasi Rukun Batik di Jalan Raya Ciamis, pembatik berjibaku demi kebangkitan batik.

Di sana, ada Jojoh (49), warga Sindangsari, yang bersama tiga orang lainnya, khusyuk membatik ditemani dakwah ustazah lewat siaran radio lokal. Panas dan kepulan asap pembakaran malam membuat keringat menetes tanpa henti, tetapi tak pernah menghentikan semangat mereka.

Saturday, August 6, 2016

Kompas Edisi Sabtu 6 Agustus 2016

Kompas Edisi Sabtu 6 Agustus 2016
Kompas Edisi Sabtu 6 Agustus 2016

Persaingan Atlet Dunia Dimulai

Indonesia Berpeluang Meraih Medali


Rio de Janeiro, Kompas Persaingan duta olahraga dari 207 delegasi di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 akan dimulai dengan upacara pembukaan yang digelar Jumat (5/8) malam waktu setempat atau Sabtu pagi waktu Indonesia. Sebanyak 28 atlet Indonesia menjadi bagian dari sekitar 10.000 atlet yang akan berkompetisi hingga 21 Agustus.

Atlet panahan, rowing, dan angkat besi akan memulai penampilan pada Sabtu. Mereka, terutama trio pemanah putra, Riau Ega Agata Salsabila, Muhammad Hanif Wijaya, dan Hendra Purnama, serta lifter putri Sri Wahyuni mengemban asa bangsa Indonesia untuk meraih medali pertama bagi Merah Putih.

Riau, Hanif, dan Hendra akan tampil di nomor beregu putra. Nomor ini menyelenggarakan babak penyisihan hingga final dengan sistem gugur sepanjang hari Sabtu ini.


Pertumbuhan

Momentum Perbaikan Ekonomi Terus Dijaga


JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi menguat. Tren ini tampak pada capaian triwulan II-2016. Agenda berikutnya adalah menjaga momentum dan meningkatkan kepercayaan agar investasi bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi.

”Yang paling penting sekarang adalah momentum ini harus terus dijaga,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta, Jumat (5/8), ketika ditanya pengumuman pertumbuhan ekonomi terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan data BPS, semua kegiatan ekonomi nasional pada triwulan II-2016 menghasilkan produk domestik bruto (PDB) senilai Rp 3.086,6 triliun. Dengan demikian, dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, terjadi pertumbuhan ekonomi 5,18 persen. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2014 dan 2015, masing-masing 4,96 persen dan 4,66 persen. Pertumbuhan triwulan II di atas perkiraan beberapa kalangan. Mereka memperkirakan mendekati 5 persen.


Kreativitas Masyarakat

Pijar Peradaban di Kaki Perbukitan Menoreh


Sebagai pusar budaya, Candi Borobudur, mahakarya Dinasti Syailendra, tak hanya menghidupi, tetapi juga menghidupkan pijar peradaban warga sekitarnya. Destinasi baru dicipta lewat kreasi warga memanfaatkan elok alam perbukitan Menoreh. Repihan kue pariwisata global itu pun perlahan memeratakan sejahtera.

Dua pasang remaja tanggung seolah berlomba swafoto di tengah hening puncak Punthuk Setumbu, Kecamatan Borobudur, suatu pagi, di cerahnya bulan Juni. Di Punthuk Setumbu ini, Rangga dan Cinta menyongsong matahari terbit dalam satu adegan film Ada Apa dengan Cinta (AADC) 2.

"Sudah lama dengar (Punthuk Setumbu), tetapi benar-benar pengin ke sini setelah nonton AADC 2. Katanya romantis. Walau harus naik bukit, enggak nyesel deh," ujar Keizia Nurmala (18), wisatawan asal Purwokerto, yang diamini Dendi Faizal (18), pasangannya.

Friday, August 5, 2016

Kompas Edisi Jumat 5 Agustus 2016

Kompas Edisi Jumat 5 Agustus 2016
Kompas Edisi Jumat 5 Agustus 2016

Menkeu Yakinkan Fiskal Terjaga

Kementerian Mulai Potong Anggaran


JAKARTA, KOMPAS — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakinkan bahwa pihaknya akan menjaga stimulus fiskal di tengah tekanan atas pendapatan negara. Mitigasi dilakukan terhadap pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Orientasinya adalah prioritas pembangunan sesuai rencana.

Prioritas yang dimaksud adalah pengentasan rakyat dari kemiskinan, pengurangan ketimpangan ekonomi, dan penciptaan lapangan kerja. Untuk itu, pembangunan infrastruktur dan usaha menarik investasi menjadi agenda utama. Hal tak kalah penting adalah terus menjalankan program jaring pengaman sosial, kesehatan, dan pendidikan.

"Saya yakin bisa (menjaga stimulus ekonomi) karena tak memotong anggaran infrastruktur. Hal-hal yang sudah dikontrakkan tidak akan diganggu," kata Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan di sela-sela acara penutupan Forum Ekonomi Islam Dunia (WIEF) Ke-12 di Jakarta, Kamis (4/8).


Pemberantasan Narkoba

Momentum Perkuat Pengawasan Internal


JAKARTA, KOMPAS — Informasi tentang jaringan bandar narkoba Freddy Budiman di tubuh penegak hukum yang disampaikan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Haris Azhar seyogianya dijadikan momentum untuk memperkuat pengawasan internal.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berharap aparat penegak hukum mengikuti arahan Presiden Joko Widodo agar mengusut informasi yang disampaikan Haris sampai tuntas. "Presiden mengatakan, apa pun yang terjadi, kalau layak untuk diusut, ya harus diusut," ujar Haedar, Kamis (4/8), di Jakarta.

Haris Azhar mengatakan, tak ada niat untuk menjelek-jelekkan tiga institusi keamanan (Kepolisian Negara RI, TNI, dan Badan Narkotika Nasional) saat menyampaikan informasi terkait kasus Freddy Budiman. "Mari cari solusi yang konstruktif. Peluang ada untuk memberantas narkoba. Mari bekerja sama," katanya.


Pengadilan

Memetik Pelajaran dari Guru Samhudi


Puluhan guru dari sejumlah sekolah di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, berkumpul di halaman Pengadilan Negeri Sidoarjo, Kamis (4/8) pagi. Alih-alih mengajar, para pendidik berseragam batik ini justru berorasi layaknya peserta demonstrasi. Dari lubuk hati, mereka menyuarakan kegelisahan rekan sejawatnya, guru Samhudi, yang tengah diadili.

"Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku

Sebagai prasasti terima kasihku untuk pengabdianmu...."

Lagu karya almarhum Sartono itu mengalun lantang membelah hari yang mulai beranjak siang. Lagu yang dinyanyikan oleh puluhan guru itu terdengar tak biasa atau sumbang. Nyanyian ini lebih mirip upaya mengingat kembali hakikat diri dan tujuan mulia perjuangan pengabdian mereka agar senantiasa kuat menghadapi persoalan seperti yang membelit guru Samhudi.