Kompas Edisi Selasa 30 Agustus 2016 |
Kebakaran Hutan dan Lahan Terus Berulang sejak 1970-an
JAKARTA, KOMPAS — Sejak tahun 1970-an, kebakaran hutan dan lahan terus berulang, merugikan warga juga negara. Pekan lalu, asap kebakaran lahan di Riau juga telah sampai di Singapura dan sebagian Malaysia. Meski jumlah titik panas sudah menurun drastis dibandingkan periode sama tahun 2015, penanganan kebakaran lahan dan hutan belum optimal.
Hingga kemarin, operasi pemadaman di enam provinsi berstatus siaga darurat kebakaran lahan melibatkan 17 pesawat dan helikopter. Kendaraan udara itu untuk operasi hujan buatan di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Disiapkan juga cadangan empat helikopter untuk memadamkan api dengan bom air.
Upaya pemadaman kebakaran juga masih diliputi sejumlah kendala. "Lokasi titik api jauh dan sulit lewat darat. Itu diperparah sulitnya sumber air. Belum lagi lahan terbakar sebagian besar gambut dalam," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalbar Bosman Hutahaean.
PENGAMPUNAN PAJAK
Pemerintah Tak Berniat Menakut-nakuti Rakyat
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah tidak berniat menakut-nakuti rakyat dengan program pengampunan pajak. Program ini diprioritaskan bagi wajib pajak pemilik aset besar yang tidak melaporkan harta kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengakui, ada rumor yang berkembang terkait program pengampunan pajak itu. "Kami sudah membaca dan mengikuti semua (rumor tersebut). Kami minta Direktur Jenderal Pajak untuk mengantisipasi persoalan ini. Jangan sampai rumor ini berkembang liar di masyarakat karena pembicaraan ini sudah berkembang dan menjadi viral di media sosial," kata Pramono di Kompleks Istana, Jakarta, Senin (29/8).
Pramono menegaskan, semangat pengampunan pajak adalah menarik kembali dana yang tidak dilaporkan dan disimpan di luar negeri. Program ini bukan untuk menakut-nakuti masyarakat yang sudah taat membayar pajak. Hal ini sesuai naskah akademik Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.
Pengungsi Bencana Asap Riau
Hanya Bisa Bawa Pakaian...
Bayi kecil itu, Melinda Zaluhu (3 bulan), tersenyum kecil tatkala Satieli Zaluhu (49), ayahnya, mengajaknya bercanda. Raut wajahnya tak sedikit pun menampakkan penderitaan meski dia tengah berada di tenda pengungsian korban bencana asap di tepi Sungai Rokan Kiri, Desa Jurong, Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu (sekitar 210 kilometer barat laut Pekanbaru, Riau). Padahal, sebelumnya, Melinda dibawa ibunya, Niati Lase (38), ke klinik yang ada di pengungsian.
"Tubuhnya tadi panas dingin. Setelah saya bawa ke klinik dan diberi obat oleh bidan, suhunya mulai dingin. Sekarang ia sudah dapat tertawa lagi," kata Niati kepada Kompas yang mengunjungi lokasi pengungsian, Minggu (28/8) sore.
Tenda pengungsian yang ditempati keluarga Satieli berupa bangunan tenda plastik berwarna biru berukuran 6 meter x 6 meter, yang memiliki satu tiang kayu di bagian tengah. Di beberapa sudut tenda ditarik dengan tali yang diikatkan dengan patok ke tanah.
No comments:
Post a Comment