Sunday, August 21, 2016

Kompas Edisi Minggu 21 Agustus 2016

Kompas Edisi Minggu 21 Agustus 2016
Kompas Edisi Minggu 21 Agustus 2016

Hasil Poros Maritim Tak Sesuai Harapan

Karnaval Pesona Toba Digelar


PARAPAT, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap implementasi konsep poros maritim yang sudah dicanangkan hampir dua tahun lalu. Menurut Presiden, keseriusan mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia belum sesuai harapan.

Presiden menginginkan pembangunan pelabuhan dilengkapi kawasan industri pengolahan ikan terpadu beserta galangan kapal kelas dunia di sepanjang pantai strategis, terutama Selat Malaka. Konektivitas antarpulau dengan pelabuhan pemandu pelayaran internasional juga menjadi prioritas pemerintah.

"Sudah hampir dua tahun kita berbicara masalah poros maritim dan sampai saat ini implementasinya masih banyak yang belum berjalan. Kita tahu dua pertiga wilayah Indonesia merupakan laut yang harus kita manfaatkan posisi strategis Indonesia di antara Samudra Hindia dan Pasifik," ujar Presiden saat membuka rapat terbatas tentang poros maritim, Sabtu (20/8) malam di Parapat, Sumatera Utara.


SELISIK BATIK

Rentang Batik di Dua Negeri


Tidak hanya di Jawa, di Pulau Suwarnadwipa pun batik tidak kalah lekat dengan kehidupan masyarakat setempat. Seperti di Jambi dan Bengkulu, kain yang dibuat dengan perintang malam ini tidak hanya dipakai dalam kehidupan keseharian, tetapi juga turut menyertai proses kehidupan sejak lahir hingga mati.

Pagi itu Nenek Sonah (70) keluar dari rumahnya untuk ke ladang. Terselip di bawah lengannya selembar kain batik jambi motif tampuk manggis. Baju dasternya juga bermotif batik yang pada bagian bawah dilapisi sarung batik bermotif durian pecah dengan tumpal pucuk rebung. "Dari dulu, tiap hari ya begini. Pakai kuluk (tudung kepala) biar tak panas," katanya.

Di huma sebelahnya, Sukiyah (58) tengah sibuk mencabuti rumput di sela tanaman kacang panjang. Di kepalanya bertengger kuluk, juga dari sarung batik.


Pendidikan Islam

Pesantren Jadi Pusat Peradaban


PONOROGO, KOMPAS — Umat Islam di dunia mulai kehilangan pusat-pusat peradaban setelah konflik dan perang melanda sejumlah negara di kawasan Timur Tengah. Oleh karena itu, pusat-pusat peradaban baru perlu diciptakan agar umat Islam tidak kehilangan tempat untuk menimba ilmu. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia, Indonesia berpeluang menjadi pusat peradaban Islam baru.

Wakil Presiden M Jusuf Kalla saat menghadiri perayaan ulang tahun ke-90 Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (20/8), mengatakan, upaya untuk menciptakan peradaban Islam baru itu bisa dilakukan lembaga pendidikan Islam, termasuk pondok pesantren. Apalagi, banyak pondok pesantren di Indonesia yang bertaraf internasional.

Salah satunya, Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor yang sudah berusia 90 tahun. Bukan hanya santrinya yang berasal dari dalam dan luar negeri, melainkan pandangan dan pemikirannya pun berprespektif global.

No comments:

Post a Comment