Kompas Edisi Senin 7 Desember 2015 |
Era Baru Demokrasi Lokal Penuh Tantangan
Parpol Jadi Masalah Utama
JAKARTA, KOMPAS — Pemilihan kepala daerah serentak 9 Desember 2015 merupakan era baru praktik demokrasi lokal di Indonesia. Namun, kesiapan partai politik ditengarai masih menjadi tantangan terbesar bagi penyelenggaraan pilkada serentak yang lancar, efektif, dan efisien.
Pilkada serentak Rabu mendatang digelar di 9 provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), setidaknya 829 pasangan calon bertarung memperebutkan 100.730.542 suara calon pemilih, untuk menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Dari 829 pasangan calon itu, 690 pasangan diusung partai politik atau gabungan partai politik serta 139 pasangan calon melaju dari jalur perseorangan. Jumlah ini masih berpotensi bertambah karena masih ada sengketa pencalonan yang belum tuntas.
Pemerintah Daerah
Kepala Daerah yang Membangun Wilayah
Sanadi (45), warga Kecamatan Sinoa, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, dengan semangat bercerita tentang Bantaeng yang kini dibanggakannya. "Dulu Bantaeng mungkin tak ada apa-apanya. Orang mungkin malu kalau mengaku sebagai orang Bantaeng. Sekarang berbeda. Bantaeng lebih maju, lebih bersih, kehidupan jauh lebih baik. Saya bangga sebagai orang Bantaeng," kata petani jagung itu, akhir pekan lalu.
Bagi Abdul Anshar, warga lainnya, Bantaeng kini adalah kabupaten yang bersih dan tertata. "Jauh berbeda dengan yang dulu. Pantai di Bantaeng dulu tidak ada apa-apanya, sekarang banyak yang datang, bahkan dari daerah lain. Banyak kemajuan," kata penarik becak motor itu.
Bantaeng, sejak dipimpin Nurdin Abdullah mulai tahun 2009, maju melesat. Banyak perubahan dirasakan warga, dan yang paling nyata adalah kebersihan. Pantai Seruni dan Marina kini tidak hanya dinikmati warga Bantaeng, tetapi juga seolah menjadi milik warga luar daerah. Pantai itu tak pernah sepi pengunjung.
KECELAKAAN LALU LINTAS
Benahi Manajemen Bus dan Upah Sopir
JAKARTA, KOMPAS — Dua kecelakaan lalu lintas menelan 19 korban jiwa terjadi di dua tempat berbeda di Jakarta, Minggu (6/12). Kedua peristiwa itu melibatkan angkutan umum (bus) yang diduga berpangkal dari perilaku ugal-ugalan sopir di jalan raya. Kini saatnya membenahi manajemen perusahaan bus sembari memperketat perekrutan pengemudi.
"Sudah menjadi pemandangan sehari-hari sopir bus ugal-ugalan. Demi setoran, mereka lupa akan keselamatan penumpang," ujar pengamat transportasi Darmaningtyas, Minggu, di Jakarta.
Kecelakaan pertama terjadi di pintu pelintasan kereta api Angke, Jakarta Barat. Bus metromini bernomor polisi B 7760 FD menabrak kereta rel listrik (KRL) 1528 jurusan Jatinegara-Bogor. Hingga Minggu sore, 18 jiwa melayang akibat kejadian ini, termasuk awak bus. Enam penumpang lainnya harus dirawat di rumah sakit.
No comments:
Post a Comment