Kompas Edisi Rabu 18 Mei 2016 |
Anggaran Pendidikan Jadi Sasaran Korupsi
Pengawasan Keuangan Lemah
JAKARTA, KOMPAS — Anggaran pendidikan menjadi sasaran empuk untuk dikorupsi. Selama 10 tahun terakhir, korupsi di sektor pendidikan menyebabkan kerugian negara senilai Rp 1,3 triliun. Para pelaku mulai dari kepala dinas pendidikan, staf dinas pendidikan, hingga kepala sekolah.
Pada periode 2006-2015, berdasarkan penelusuran yang dilakukan Indonesia Corruption Watch (ICW), tercatat 425 kasus korupsi terjadi di sektor pendidikan. Jumlah tersangkanya mencapai 618 orang.
Dalam jumpa pers ”Satu Dasawarsa Kasus Korupsi pada Sektor Pendidikan”, Staf Divisi Investigasi ICW Wana Alamsyah, Selasa (17/5), mengatakan, pada 2013 terjadi kenaikan nilai kerugian negara yang signifikan mencapai Rp 538 miliar. Salah satu kasus yang terjadi pada tahun tersebut adalah dugaan korupsi dana bantuan operasional sekolah (BOS) tahun ajaran 2011/2012 yang terkait pembelian buku. Nilai kerugian negara dalam kasus ini Rp 9 miliar.
PARTAI GOLKAR
Pemerintah Hormati Hasil Munaslub
SEOUL, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menghormati keputusan mayoritas peserta Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar yang memilih Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar 2016-2019.
Penghormatan juga disampaikan terhadap sejumlah hasil munaslub, seperti keputusan untuk keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP) dan mendukung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
”Ini wilayahnya Partai Golkar. Siapa pun yang terpilih itu sudah pilihan mereka dan kita hormati pilihan-pilihan yang mereka lakukan,” kata Presiden Jokowi, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Suhartono, dari Seoul, Korea Selatan, Selasa (17/5).
KORBAN BANJIR BANDANG
Mordang Menggantung 10 Jam di Ketinggian 20 Meter
”Huuuhfff...!” Funilah (44) menghela napas panjang saat menceritakan anak pertamanya, Priarmando Gurusinga (18). Wajahnya kuyu. Bajunya sudah tiga hari tidak ganti. Tatapan matanya sering kosong. ”Nelangsa sekali rasanya,” tutur ibu empat anak itu lesu....
Sejak mendapat kabar anak pertamanya menjadi korban banjir bandang di Sibolangit, Minggu (15/5) petang, Funilah tidak tidur. Warga Desa Pilpil, Sibolangit, itu langsung menuju lokasi terjadinya bencana, tempat anaknya bekerja mencari uang saku sebagai pemandu wisatawan.
Hal itu dilakukan karena Armando, begitu ia biasa disebut, ingin mandiri setelah ayahnya meninggal beberapa tahun lalu.
No comments:
Post a Comment