Kompas Edisi Jumat 29 Januari 2016 |
Narkoba Makin Mengancam
Modus Penyelundupan Sangat Beragam dan Cepat Berubah
JEPARA, KOMPAS — Jaringan narkoba yang melibatkan warga negara asing dan masuk ke Indonesia kian meluas. Hal itu terbukti dengan keterlibatan warga negara Pakistan yang menyelundupkan 100 kilogram sabu. Kondisi ini menjadi ancaman serius sehingga perlu pemberantasan tegas dan keras.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Budi Waseso, Kamis (28/1), di Jepara, mengatakan, sindikat dari Pakistan sudah diintai sejak enam bulan lalu. Bahkan, jaringan Pakistan itu disinyalir beroperasi sejak 2013. Mereka beroperasi di Jakarta, Semarang, hingga Jawa Timur.
"Kami mengawali pengungkapan kasus ini di Jakarta beberapa waktu lalu. Dari situ kemudian didalami sehingga akhirnya terungkap penyelundupan sabu di sini (Jepara)," kata Budi.
PENGUASAAN LAHAN
Akses Rakyat Sulit, Korporasi Mudah
JAKARTA, KOMPAS — Rakyat sulit mendapatkan lahan untuk sumber penghidupan dasar. Sebaliknya, korporasi dengan difasilitasi pemerintah jauh lebih mudah mendapatkan lahan dengan luas yang masif. Hal ini terjadi akibat tanah yang merupakan obyek strategis dibiarkan menjadi komoditas liberal.
”Rakyat justru sangat sulit mendapatkan tanah untuk kehidupan dasar. Bahkan, tanah yang digeluti setiap hari, sewaktu-waktu bisa lepas untuk kepentingan korporasi,” kata Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Iwan Nurdin di Jakarta, Kamis (28/1).
Persoalan itu, menurut Iwan, berawal dari paradigma yang menempatkan tanah sebagai komoditas liberal, bukan sebagai obyek strategis. Undang-undang sektoral tidak seimbang menempatkan kepentingan korporasi dan rakyat. Pola di berbagai sektor menunjukkan kebijakan sektoral sangat akomodatif terhadap korporasi, tetapi tidak pada rakyat.
KOMPAS TV
Merayakan Perubahan, Menyuarakan Indonesia
Pertunjukan kolaboratif bertajuk ”Suara Indonesia” menandai bentuk baru Kompas TV sebagai televisi berita, Kamis (28/1), di Jakarta Convention Center. Dengan peran barunya, Kompas TV berkomitmen memberikan informasi yang tegas, terarah, sekaligus menumbuhkan harapan bagi masyarakat.
Meski baru lima tahun mengudara, sebagai stasiun televisi yang relatif berusia muda, Kompas TV memiliki modal sejarah panjang jurnalisme yang telah dibangun harian Kompas. Dengan modal ini, Kompas TV berusaha menyuguhkan alternatif informasi yang tidak hanya cepat, tetapi juga dapat dipercaya.
”Pendiri Kompas, Bapak Jakob Oetama, tak pernah berhenti memberi semangat. Meski pendatang baru di dunia televisi, kita perlu tetap bersyukur karena bisa sampai pada pencapaian seperti ini,” ucap Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosianna Silalahi saat menyampaikan presentasi perubahan Kompas TV menjadi televisi berita.
No comments:
Post a Comment