Sunday, January 17, 2016

Kompas Edisi Mingu 17 Januari 2016

Kompas Edisi Minggu 17 Januari 2016

Pelaku Bergerak dalam Sel-sel

Sejak 2015, Bahrun Naim Kirim Dana Rp 40 Juta-Rp 70 Juta


JAKARTA, KOMPAS — Dari pengembangan dan pengejaran terhadap sejumlah orang yang diduga terlibat aksi teror dan serangan bersenjata di Jakarta, Kamis (14/1), Kepolisian Negara Republik Indonesia menangkap 12 orang di sejumlah wilayah. Kelompok ini terindikasi bergerak dalam sel-sel.

Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti, saat memberikan keterangan di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (16/1), mengatakan, penangkapan 12 orang itu dilakukan sejak Kamis malam hingga Sabtu. Terduga teroris itu ditangkap di sejumlah lokasi, seperti Bekasi (Jawa Barat), Indramayu (Jabar), Tegal (Jawa Tengah), dan Balikpapan (Kalimantan Timur).

Bekasi merupakan lokasi yang terdekat dengan aksi teror yang baru-baru ini terjadi di Jakarta. Di sana, Satuan Tugas Antiteror Polri menangkap seorang berinisial AE. Namun, Badrodin enggan merinci inisial pelaku lain karena masih berkaitan dengan teknis penyidikan.


RADIKALISME

Terorisme Ditangkal secara Komprehensif


PEKALONGAN, KOMPAS — Terorisme dan radikalisme harus ditangkal secara komprehensif. Karena itu, perlu ada satu konsep antar-instansi terkait dan melibatkan semua warga dalam penanganan terorisme sehingga ada imunitas terhadap pikiran radikal. Apabila melihat ada gejala radikalisme, ulama dan warga harus cepat berkoordinasi dengan aparat.

”Sekarang ini masih sendiri-sendiri, sepertinya memiliki eksistensi masing-masing dan cenderung ego sektoral. Ini tidak boleh, harus segera menyusun konsep terpadu,” ujar mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi seusai Silaturahim Nasional Ulama Mursyidin Thoriqoh, TNI, dan Polri dengan tema ”Urgensi Bela Negara demi Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)” di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (16/1).

Instansi terkait yang dimaksud adalah Polri; Kejaksaan; TNI; Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan; serta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Instansi itu harus ada dalam satu konsep.


SOLIDARITAS

Pesan Damai dari Kedai Kopi


Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo bertemu pemuka agama di kedai kopi waralaba internasional di Mal Ratu Indah, Makassar. Sejumlah tamu mengenakan jubah, gamis, sorban, dan kopiah. Ini bukan jamuan, tetapi seruan untuk melawan segala bentuk terorisme.

Pesan itu dibungkus Yasin Limpo dengan cara simbolis. Ia sengaja memilih kedai kopi modern, yang Kamis (14/1) siang lalu menjadi sasaran bom dan tembakan para teroris di Jakarta.

Pertemuan yang dihelat pada Jumat (15/1) itu menghasilkan pernyataan sikap. ”Atas nama masyarakat Sulsel, kami menolak dan melawan segala bentuk aksi terorisme dan berkomitmen menjaga stabilitas dan kedamaian di daerah ini,” kata Yasin Limpo. Pernyataan itu lantas ditandatangani berbagai elemen beragama di Sulsel, seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Wahdah Islamiyah, Badan Komunikasi Pemuda Remaja Mesjid, Majelis Ulama Indonesia, Front Pembela Islam, Forum Ukuwah Islamiyah, Persatuan Umat Islam, dan Jamaah An Nadzir.

No comments:

Post a Comment