Kompas Edisi Senin 21 Maret 2016 |
Jatuhnya Heli TNI Diselidiki
13 Tentara Gugur, Termasuk Komandan Korem 132 Tadulako
PALU, KOMPAS — Tentara Nasional Indonesia akan menyelidiki penyebab jatuhnya helikopter milik TNI Angkatan Darat jenis Bell 412 EP nomor HA-5171 di Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (20/3) sekitar pukul 17.50 Wita. Sebanyak 13 tentara gugur dalam kejadian itu.
Helikopter jenis BELL 412 EP di Pusat Penerbangan Angkatan Darat Skadron 21 TNI AD, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu. Helikopter berdaya angkut 15 ton yang dapat mengangkut 15 orang tersebut biasa digunakan TNI AD untuk operasional angkutan personel.
Dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu malam, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Tatang Sulaiman mengatakan, faktor cuaca ditengarai menjadi penyebab kecelakaan. Ketika kecelakaan terjadi, daerah sekitar Stadion Poso, yang akan dijadikan tempat pendaratan helikopter, tengah dilanda hujan. Namun, investigasi selanjutnya atas kecelakaan itu masih akan dilakukan TNI.
Kecelakaan itu mengakibatkan gugurnya tujuh orang dari Satgas Tinombala, yakni Komandan Resor Militer 132 Tadulako Kolonel (Inf) Saiful Anwar, Kolonel (Inf) Heri Setiaji, Kolonel (Inf) Ontang RP, Letkol (CPM) Teddy S Prapat, Mayor (Inf) Fakih Rasyid, Kapten (CKM) dr Yanto, dan Prada Kiki. Enam kru helikopter pun gugur, yakni Kapten (Cpn) Agung, Lettu (Cpn) Wiradi, Letda (Cpn) Tito, Serda Karmin, Sertu Bagus, dan Pratu Bangkit.
SATWA DILINDUNGI
Setiap Hari Terjadi Konflik dan Kerugian
JAMBI, KOMPAS — Ribuan konflik terjadi setiap tahun selama lima tahun terakhir, menandai situasi terburuk hubungan manusia dan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Ancaman kematian terus membayangi gajah yang kini masih tersisa di alam liar.
Tanpa komitmen dan tindakan nyata, agenda penyelamatan di sejumlah wilayah dipastikan berujung kepunahan gajah yang lebih cepat.
Konflik antara gajah dan manusia dilaporkan terjadi hampir setiap hari, setidaknya di empat provinsi, yakni Aceh, Riau, Jambi, dan Lampung. Rangkaian konflik itu tidak tuntas terselesaikan, termasuk di Sumatera Utara, Bengkulu, dan Sumatera Selatan, serta menelan korban terbesar pada gajah.
FORMULA 1
Kami Bangga kepada Rio Haryanto
Debut pebalap Indonesia, Rio Haryanto, di arena balap mobil Formula 1 menumbuhkan kebanggaan. Tak hanya di Melbourne, Australia, kota pertama tempat Rio berlomba, kebanggaan juga ada di Tanah Air, termasuk di Solo, kota kelahiran pebalap berusia 23 tahun itu.
Untuk menyambut balapan pertama Rio di F1, publik Solo mengadakan nonton bareng (nobar) di Pendapi Gede, Balai Kota Solo, Minggu (20/3). Dua layar lebar, masing-masing berukuran 2 meter x 3 meter, dipasang di dalam ruangan Pendapi Gede, lengkap dengan pengeras suara besar. Di ruang lain dipasang juga satu televisi layar datar.
Kursi-kursi merah ditata rapi. Hidangan makanan khas Solo, timlo, disajikan gratis bagi penonton. Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo dan Wakil Wali Kota Achmad Purnomo berbaur bersama puluhan warga. Meski banyak kursi kosong, karena acara digelar mendadak dan tanpa publikasi, suasana tetap meriah.
No comments:
Post a Comment