Kompas Edisi Sabtu 12 Maret 2016 |
Iuran Naik untuk Tekan Defisit JKN
Mutu Layanan Perlu Dibenahi
JAKARTA, KOMPAS — Iuran peserta Jaminan Kesehatan Nasional bagi peserta pekerja bukan penerima upah, dan sebagian pekerja penerima upah, akan naik mulai 1 April 2016. Selain untuk menekan defisit klaim pembayaran, kenaikan iuran itu juga diharapkan dapat meningkatkan mutu layanan.
Perubahan iuran itu tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Perpres itu ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 29 Februari 2016 dan diundangkan pada 1 Maret 2016.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany, Jumat (11/3), menilai, belum ada kemauan politik dari pemerintah untuk memperkuat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Kenaikan iuran JKN dinilai belum mampu mengangkat tarif rumah sakit dan fasilitas kesehatan tingkat pertama secara signifikan. Akibatnya, tak akan terjadi perbaikan mutu layanan bagi peserta JKN. "Pasienlah yang tetap jadi korban," ujarnya.
KEBAKARAN LAHAN
Pencegahan Dini Kian Mendesak
JAMBI, KOMPAS — Sebelum api meluas dengan cepat di lahan gambut, semua pihak diminta melakukan berbagai upaya pencegahan dini kebakaran lahan dan hutan. Pembasahan gambut perlu dipercepat sebelum masuknya musim kemarau.
Pakar gambut dari Universitas Jambi, Asmadi Saad, mengatakan, Jambi akan memasuki kemarau pada April atau Mei mendatang. Sebelum kemarau terjadi, pembasahan gambut atau rewetting sudah harus berjalan.
Begitu pula pembangunan sekat-sekat kanal, khususnya di perkebunan sawit dan hutan tanaman industri yang dibangun di hamparan gambut. ”Jangan sampai terlambat, pencegahan dini harusnya sudah berjalan,” ujar Asmadi dalam Workshop Jurnalis untuk Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang diselenggarakan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) di Jambi, Jumat (11/3).
OLAHAN SAMPAH
Kreativitas yang Lahir dari Kegelisahan
Di ruang kelas berukuran 8 meter persegi di Madrasah Aliyah Manbaul Huda, Kota Bandung, Jawa Barat, Anisa Farha (16) bangga memperlihatkan tas miliknya, Sabtu (20/2).
Terbuat dari kaus belel tak terpakai, tas itu menyimpan semangat perubahan bagi lingkungan lewat sentuhan kreativitas.
Sepuluh menit sebelumnya, Anisa mengawali proses perubahan itu lewat gunting tumpul yang mengiris dan memisahkan bagian lengan kaus berwarna biru toska.
Saat Anisa masih merapikan pola jantung, giliran Dina Amalia (19), siswa kelas XI lainnya, menggunting bagian bawah kaus. Polanya membentuk rumbai-rumbai yang nantinya diikat satu sama lain menjadi bagian dasar tas. ”Sampai sekarang tidak menyangka kalau kaus bekas tak terpakai ternyata tetap berguna, diubah menjadi tas,” ujar Nasa Benisa (16), siswa lainnya.
No comments:
Post a Comment