Kompas Edisi Jumat 13 November 2015 |
Tunda Penerbitan Paket Baru
Pemerintah Perlu Lakukan Evaluasi agar Optimal
JAKARTA, KOMPAS — Pemantauan dan evaluasi wajib dilakukan untuk menilai efektivitas atas target yang ingin dicapai melalui paket kebijakan ekonomi. Pemerintah hendaknya tidak mengeluarkan paket kebijakan baru apabila hasil pemantauan dan evaluasi belum keluar.
Apalagi, jika hasil evaluasi dan pemantauan menyatakan pelaksanaan deregulasi dan reformasi birokrasi tidak memuaskan.
”Perekonomian akan berjalan dengan baik jika pembuat paket tahu skenario dan strategi implementasi bagi pelaksananya. Jika kondisi birokrasi masih seperti saat ini, tak ada gunanya sekalipun dikeluarkan 100 paket kebijakan,” kata Guru Besar Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Agus Dwiyanto, Kamis (12/11).
Menurut Agus, pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo, mesti tegas memantau sekaligus mengevaluasi paket-paket kebijakan yang sudah diluncurkan.
Tambang Liar
Kewibawaan Negara Dipertaruhkan di Gunung Botak
NAMLEA, KOMPAS — Tenggat yang diberikan kepada para petambang dan pengelola material tambang untuk meninggalkan lokasi tambang liar di Gunung Botak, Kabupaten Buru, Maluku, berakhir hari ini, Jumat (13/11). Mulai Sabtu, aparat keamanan akan melakukan penegakan hukum terhadap mereka yang masih beraktivitas.
Ketua Lembaga Kalesang Lingkungan Maluku Costansius Kolatfeka, Kamis, mengingatkan, wibawa negara dipertaruhkan dalam penertiban kali ini. Pasalnya, hal yang sama sudah dilakukan 25 kali. Namun, setelah penertiban, aktivitas kembali berulang seolah negara tidak dihargai oleh petambang atau pihak yang memiliki kepentingan dengan tambang itu. Padahal, penutupan pernah disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Pulau Buru.
Pemerintah daerah yang didukung TNI/Polri diminta tidak main-main dengan perintah tersebut. ”Mau jadi apa kalau perintah Bapak Presiden saja tidak dituruti oleh orang-orang di daerah. Presiden adalah simbol negara dan semua yang ada di bawahnya harus tunduk,” katanya.
Dokter Internsip
Andra Pergi Mengabdi dan Tak Kembali Lagi
Suasana duka menyelimuti keluarga pasangan Agustinus Mujianto (57) dan Fransiska Ristansia (50), Kamis (12/11) malam, atas meninggalnya Dionisius Giri Samudra atau Andra (24), anaknya, saat bertugas sebagai dokter internsip di Rumah Sakit Cendrawasih, Kabupaten Dobo, Kepulauan Aru, Maluku.
Dokter lulusan Universitas Hasanuddin, Makassar, Maret 2015, itu mengembuskan napas terakhir. Ia menderita demam tinggi yang berujung munculnya campak dan virus yang menyerang hingga ke otak.
Saat ini rombongan yang membawa jenazah sudah berada di Rumah Sakit Tual. Jenazah disemayamkan di rumah duka rumah sakit itu. Diperkirakan Jumat (13/11), sekitar pukul 10.00, rombongan tiba di Bandara Soekarno-Hatta.
”Di bandara akan ada upacara penerimaan jenazah. Katanya akan dipimpin Menteri Kesehatan,” ujar Tuti Martoyo (60), kakak tertua dari Fransisca, kepada Kompas, Kamis malam.
No comments:
Post a Comment