Kompas Edisi Senin 4 April 2016 |
Cita-cita Reformasi Dibajak
Kebijakan Publik Dikorupsi
JAKARTA, KOMPAS — Reformasi yang bertujuan mengubah sistem korup kini justru dikuasai relasi pengusaha-politisi yang menggunakan kebijakan publik demi kepentingan korporasi. Jika tidak diatasi, hal itu akan menumpulkan daya saing bangsa, sekaligus memperlebar kesenjangan sosial ekonomi.
Penangkapan Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Gerindra M Sanusi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Kamis pekan lalu, menjadi salah satu bukti adanya relasi politisi-pengusaha terkait kebijakan publik. Pasalnya, Sanusi diduga menerima Rp 2,14 miliar dalam dua tahap dari PT Agung Podomoro Land (PT APLN), terkait pembahasan aturan reklamasi pesisir dan pulau-pulau kecil di Jakarta Utara.
Dalam kasus itu, KPK telah menetapkan tiga tersangka, yakni M Sanusi, karyawan PT APLN Trinanda Prihantoro, dan Presiden Direktur PT APLN Ariesman Widjaja. KPK juga telah mencegah Chairman Agung Sedayu Group Sugianto Kusuma alias Aguan bepergian ke luar negeri.
Sebelumnya, Mei 2014, KPK juga menangkap Bupati Bogor, Jawa Barat, Rachmat Yasin atas kasus suap Rp 4,5 miliar terkait konversi hutan lindung seluas 2.754 hektar menjadi lahan untuk perumahan PT Bukit Jonggol Asri.
PIALA TORABIKA BHAYANGKARA
Arema Juara, Kompetisi Didamba
JAKARTA, KOMPAS — Hampir 80.000 penonton memadati final turnamen sepak bola Piala Torabika Bhayangkara 2016 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (3/4), yang menghasilkan Arema Cronus sebagai juara. Namun, itu belum menghapus kerinduan insan sepak bola pada kompetisi yang mati suri setahun terakhir.
Arema menjuarai turnamen pengisi kevakuman yang diikuti 10 klub besar itu setelah menaklukkan Persib 2-0 berkat gol Raphael Maitimo dan Sunarto. Kemenangan ini menegaskan dominasi Arema atas Persib. Tim asal Malang itu selalu menang di empat laga terakhir kedua tim.
”Piala Bhayangkara batu loncatan untuk ISC (Kejuaraan Super Indonesia). Turnamen ini lebih untuk menghibur. Tetapi, bagi klub, yang jauh lebih penting adalah kompetisi jangka panjang. Tanpa kompetisi, kami ibarat makan sayur tanpa garam,” ujar Manajer Arema Cronus Rudi Widodo.
LAKU PANDAI
Menjadi "Teller" di Warung Kopi
Mulanya mereka hanya berjualan kopi, membuka warung internet, game online, atau sekadar menjual pulsa telepon seluler. Namun, beberapa bulan terakhir mereka malah memiliki kesibukan baru, yakni menjembatani para nasabah yang enggan pergi ke bank. Mereka menjadi agen Laku Pandai.
Jarum jam menunjukkan pukul 10.15, Rabu (23/3), saat Susanti (38) sibuk melayani permintaan mengetik berkas susunan panitia pembangunan masjid menggunakan komputer di warung internet kecil miliknya yang menyatu dengan warung kopi dan tempat menjahit pakaian. Sementara di teras warung yang memakan trotoar, beberapa tukang ojek menunggu penumpang sambil menikmati kopi dan bermain kartu domino.
Kesibukan Susanti tiba-tiba terganggu ketika seorang lelaki setengah baya datang. Ternyata dia salah satu nasabah yang ingin mencairkan uangnya Rp 150.000 untuk membeli pulsa. Susanti pun cekatan melayani kliennya. Jemarinya yang semula "menari" di atas papan tik komputer seketika berpindah ke atas telepon pintar. Sejurus kemudian, tiga lembar uang pecahan Rp 50.000 keluar dari dompet dan diserahkan kepada sang nasabah.
No comments:
Post a Comment