Wednesday, April 6, 2016

Kompas Edisi Rabu 6 April 2016

Kompas Edisi Rabu 6 April 2016

”Panama Papers” Divalidasi

Pengampunan Pajak Dipercepat


JAKARTA, KOMPAS — Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan tengah mempelajari data yang ada di ”Panama Papers”. Pemerintah lebih memberikan perhatian terhadap kemungkinan mengoptimalkan penerimaan pajak jika data itu benar setelah divalidasi.

 Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro, menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta, Selasa (5/4), mengatakan, pihaknya telah meminta Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk mempelajari Panama Papers. Pertama-tama yang harus dipelajari adalah validitas data, kemudian relevansi untuk optimalisasi penerimaan pajak.

Seperti diberitakan sebelumnya, jutaan dokumen dari firma hukum Panama, Mossack Fonseca, mengungkapkan beragam praktik pengelolaan keuangan yang mengaburkan pemilik uang sesungguhnya, asal uang, dan dugaan motif pengaburan itu.


KASUS SANDERA

Pasukan Pemukul Terus Berlatih


TARAKAN, KOMPAS — Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI terus menggelar latihan gabungan di Tarakan, Kalimantan Utara, Selasa (5/4). Latihan berlangsung tertutup. Pasukan juga menunggu perintah untuk melakukan pembebasan terhadap warga Indonesia yang masih disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

"Seluruh personel PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) TNI dalam kondisi siaga. Prajurit berlatih untuk menunjang keahlian dan kemampuan perorangan ataupun satuan. Rutinitas tentara, kan, berlatih, dan itu kami lakukan sebaik mungkin," kata Kepala Penerangan Kodam VI/Mulawarman Kolonel (Inf) Andi Gunawan di Kota Tarakan.

Ada lima kapal perang di Tarakan, yakni KRI Surabaya, KRI Ajak, KRI Ahmad Yani, KRI Mandau, dan KRI Badau. Kapal-kapal itu ditunjang 2 kapal patroli cepat, 3 helikopter Bell, dan 1 helikopter Super Puma.


LINGKUNGAN

Rumah Harapan untuk Hulu DAS Cimanuk


"Kaik. kaik.." Teriakan nyaring lutung jawa (Trachypithecus auratus) itu menarik perhatian Gunawan. Ia segera mengambil teropong besarnya dan mengambil posisi sedikit membungkuk membidik sumber suara.

Mata kirinya menyipit membantu mata kanannya fokus mengintip gelap rimbun pohon rasamala (Altingia excelsa Noronha) yang berjarak 300 meter dari tempatnya berdiri. Beberapa lama diintip, si empunya suara tetap tak terlihat. Satwa endemik Jawa Barat itu terlalu pandai menyembunyikan tubuh hitamnya di antara dedaunan.

"Ia pasti sedang mengawasi kita," kata Gunawan, Direktur Yayasan Konservasi Elang Indonesia (YKEI), di kawasan Blok Dano dalam kawasan Cagar Alam Papandayan (CAP), Kabupaten Garut, Jabar, Senin (28/3) siang.

No comments:

Post a Comment