Kompas Edisi Kamis 11 Februari 2016 |
Banjir di Sumatera Meluas
103 Kabupaten/Kota Kebanjiran
PEKANBARU, KOMPAS — Sampai Rabu (10/2) petang, banjir masih menggenangi sejumlah wilayah di Sumatera, bahkan semakin luas. Sementara banjir di beberapa wilayah yang mulai surut menimbulkan persoalan baru, seperti sawah puso, listrik padam, dan kerusakan rumah warga.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, mengatakan, dari waktu ke waktu sifat banjir di setiap daerah cenderung berubah. Salah satunya, banjir yang cakupan dampaknya lebih luas pada tahun ini di Bangka Belitung.
Itu menunjukkan peta bahaya bencana hidrometeorologis perlu senantiasa disesuaikan dan diperbaiki sehingga menjadi dasar kebijakan yang tepat bagi pemerintah daerah. ”Pola hujan berubah sehingga daerah rawan banjir juga berubah,” katanya.
EFISIENSI ANGGARAN
Presiden Instruksikan Perubahan Total
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menginstruksikan kepada para menteri dan pimpinan lembaga agar penyusunan anggaran dalam Rencana Kerja Pemerintah 2017 berubah total dari tahun-tahun sebelumnya. Jika sebelumnya anggaran dibagi kepada sebuah kementerian atau lembaga secara berjenjang, mulai dari direktur jenderal, direktur, hingga kepala seksi, penyusunan anggaran seperti itu tidak boleh dilakukan lagi.
”Pada rencana kerja 2017, saya ingin perubahan total. Menteri yang mengendalikan anggaran, dan tidak lagi diberikan kepada bawahan dirjen, direktur, atau kepala seksi. Cukup berikan kepada bagian yang memang saat itu memerlukan. Jangan sampai setiap seksi ada anggarannya. Kalau memang belum ada prioritas, ya, jangan diberi. Jadi, tidak perlu yang namanya setiap ditjen ke bawah ada anggarannya,” ujar Presiden Joko Widodo saat membuka sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Rabu (10/2).
Menurut Presiden, pola penganggaran seperti itu benar-benar tidak dirasakan manfaatnya oleh rakyat. ”Kalaupun dirasakan, sedikit,” ujarnya.
PENANGANAN KANKER
Jangan Lagi Ada Ironi Gerobak Rosida
Rosida adalah ironi di tengah peringatan Hari Kanker Sedunia, 4 Februari. Ibu satu anak penderita kanker dari Cibinong, Kabupaten Bogor, itu sempat "diasingkan" di gerobak. Tetangganya tidak tahan terhadap bau tidak sedap dari luka di payudaranya.
Empat hari lamanya Rosida berada di gerobak di sekitar pabrik batu bata, dekat kamar kontrakannya, di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Perempuan berusia 46 tahun itu tak kuasa berdiri. Dengan kanker di payudara sebelah kanan yang menyebar ke bagian depan tubuhnya, ia tak bisa lagi leluasa bergerak. Buang air besar dan air kecil pun ia lakukan di gerobak.
Setelah suaminya meninggal, Rosida pernah tinggal bersama saudaranya. Anak laki-lakinya tidak diketahui keberadaannya. Karena saudaranya tak sanggup lagi mengurusnya, Rosida akhirnya tinggal di kamar kontrakan. Untuk menyambung hidup, ia menjadi pekerja rumah tangga dan memulung barang bekas.
No comments:
Post a Comment