Kompas Edisi Kamis 25 Februari 2016 |
Indonesia dalam Jerat Narkoba
Lapas Menjadi Tempat Pengendalian Peredaran
JAKARTA, KOMPAS — Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya jadi masalah besar bagi Indonesia. Jumlah pengguna, pengedar, dan produksi narkoba di Tanah Air tumbuh 13,6 persen tiap tahun. Peredaran narkoba merasuk ke semua sektor kehidupan. Rata-rata 50 orang meninggal setiap hari akibat narkoba.
Terkait hal ini, Presiden Joko Widodo, Rabu (24/2), saat membuka rapat terbatas dengan topik ”Pemberantasan Narkoba dan Program Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba”, Rabu, di Kantor Presiden, Jakarta, mengatakan, pemberantasan narkoba harus lebih gencar, berani, dan komprehensif. Semua kementerian dan lembaga diminta menghilangkan ego sektoral dan bersama-sama memberantas narkoba.
Pernyataan hampir senada disampaikan Presiden pada 2015. Saat itu, setidaknya di dua kesempatan terpisah, Presiden mengatakan Indonesia dalam posisi darurat narkoba.
PERPAJAKAN
Tiga Kebijakan untuk Menutup Pendapatan
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah bakal mengambil tiga kebijakan sekaligus untuk menutup pendapatan negara yang diproyeksikan meleset Rp 290 triliun di bawah target. Kebijakan tersebut ialah pelaksanaan program pengampunan pajak, pemotongan anggaran, dan penambahan utang.
”Pengampunan pajak saja tidak mungkin (cukup). Memang harus dikombinasi. Penghematan belanja harus ada. Pelebaran defisit juga ada,” kata Direktur Penyusunan Anggaran Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Kunta Nugraha di Jakarta, Rabu (24/2).
Salah satu penghematan anggaran belanja yang sedang dikaji Kementerian Keuangan, menurut Kunta, adalah pemotongan subsidi bahan bakar minyak. ”Ada wacana memotong subsidi karena harga sedang turun, tetapi ini masih dikaji,” kata Kunta.
PILKADA SERENTAK
Semangat dan Kerja Keras Saja Tidak Cukup.
Empat jam menempuh perjalanan dari Dharmasraya, Sutan Riska akhirnya tiba di Padang, Sumatera Barat, Jumat (12/2), pukul 00.15. Dalam balutan pakaian serba hitam, ia masih terlihat segar. Tak tampak wajah keletihan.
Begitu masuk kantor Lembaga Antikorupsi Integritas, Lembaga Bantuan Hukum Pers Padang, dan Aliansi Jurnalis Independen Padang, akhir pekan lalu, Sutan langsung menyalami beberapa orang yang sudah lebih dulu tiba. Tak membutuhkan waktu lama, obrolan ringan dan hangat tentang berbagai topik langsung meluncur. "Sampai saat ini, saya belum sepenuhnya percaya kalau terpilih sebagai Bupati Dharmasraya," kata Sutan.
Jarum jam saat itu menunjukkan pukul 01.15. Kami mengambil ruang terpisah dari tempat berkumpul awal untuk wawancara. Ia belum terlihat mengantuk. Mungkin karena ia bupati termuda, baru berusia 26 tahun. Nama lengkapnya cukup panjang, yakni Sultan Sri Maharaja Diraja Kerajaan Koto Besar Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Ia resmi memimpin Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Rabu (17/2).
No comments:
Post a Comment