Tuesday, July 5, 2016

Kompas Edisi Selasa 5 Juli 2016

Kompas Edisi Selasa 5 Juli 2016
Kompas Edisi Selasa 5 Juli 2016

Kemacetan Belum Teratasi

Keberadaan Jaringan Tol Trans-Jawa Kian Mendesak


JAKARTA, KOMPAS — Sekalipun puncak arus mudik telah terlewati, kemacetan masih terjadi di Gerbang Tol Pejagan, Brebes Barat, dan Brebes Timur hingga ruas jalan pantai utara di Tegal, Jawa Tengah. Kondisi kemacetan selama arus mudik kali ini semakin menguatkan mendesaknya penyelesaian jaringan tol Trans-Jawa.

Pengamatan Kompas, Senin (4/7), kemacetan sudah terjadi setelah lepas Gerbang Tol (GT) Palimanan di Cirebon, Jawa Barat. Untuk sampai GT Pejagan, Brebes, dibutuhkan waktu hingga 14 jam.

Padahal, jika arus lalu lintas lancar, jarak Palimanan-Pejagan sejauh 62,9 kilometer (km) cukup ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam.


RENUNGAN IDUL FITRI 1437H

Bom dan Masa Depan Peradaban Islam


Bahasa Arab adalah satu di antara bahasa dunia yang kaya makna dan kosakata. Istilah id (hari perayaan) dari bentuk kedua kata kerja bahasa Arab: ’ayyada, artinya merayakan, mengamati sebuah perayaan. Perkataan fitr dari kata kerja fatara, bermakna memisahkan, membatalkan puasa dengan makan dan minum pada 1 Syawal setelah berpuasa selama satu bulan (29 atau 30 hari), disebut juga iftar, dan juga bermakna menciptakan. Dari akar kata yang sama kita menemukan al-Fatir, yang berarti Maha Pencipta dari tiada kepada ada.

Jadi ’id al-fitri berarti ”merayakan hari 1 Syawal dengan berbuka atau menghentikan puasa”. Puasa diharamkan pada hari itu.

Ada juga orang mengartikan ’id dengan kembali. ’Id al-fitri diterjemahkan ”kembali pada asal penciptaan manusia yang bersih, suci, tanpa noda, tanpa dosa”, seperti bayi yang baru lahir setelah dibasuh selama Ramadhan. Namun, ada kerancuan. Dalam bahasa Arab, perkataan kembali adalah ’aud atau ’audah, berasal dari bentuk pertama kata kerja ’ada, bukan ’id. Saya lebih mengartikan ’id al-fitri atau ’idul fitri sebagai perayaan berbuka puasa, bagian sikap bersyukur manusia beriman, bukan ”kembali suci.”


PIALA EROPA 2016

Tanpa Hummels, Pukulan Berat Jerman


Bagi saya, laga perempat final melawan Eslandia ibarat pembebasan signifikan bagi Perancis. Pada laga itu, Perancis terlepas dari tekanan sebagai tuan rumah, saat mereka unggul telak 5-2 atas Eslandia. Sekaligus, menyisihkan Eslandia yang belakangan ini menjadi buah bibir di jagat sepak bola Eropa.

Tanpa bermaksud mendiskreditkan kualitas Eslandia, tetapi jika berbicara tentang prospek dua tim kuda hitam yakni Eslandia dan Wales yang bertemu Portugal di semifinal; saya pikir jika keduanya lolos semifinal pun, rasanya itu terlalu tinggi. Cukup sudah kemewahan bagi Eslandia dengan keberhasilan mereka menyingkirkan Inggris.

Semifinal kedua yang mempertemukan Jerman dan Perancis bagi saya layak ditunggu. Kedua tim layak tampil di final. Saya melihat Jerman sebagai favorit pada duel ini. Ini saya katakan meski dalam adu penalti Jerman versus Italia di perempat final harus ada 16 pemain yang mengeksekusi penalti sebelum berakhir 6-5 untuk Jerman. Juga, meski di antara algojo Jerman, sejumlah bintang yang selama ini sukses mengeksekusi penalti, seperti Thomas Mueller, Mesut Oezil, dan Bastian Schweinsteiger, gagal menunaikan tugasnya.

No comments:

Post a Comment