Kompas Edisi Sabtu 23 Juli 2016 |
Hindari ”Kutukan” Sumber Daya
Beberapa Kebijakan Pemerintah Justru Berdampak Buruk
SIAK, KOMPAS — Pemerintah menegaskan, pengelolaan sumber daya alam tidak boleh mengorbankan lingkungan. Pemerintah juga menyadari, kesalahan mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam menyia-nyiakan kekayaan alam. Faktanya, pembangunan masih menggerus sumber daya alam.
Pentingnya mempertimbangkan lingkungan dalam pembangunan itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jumat (22/7), pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Siak Sri Indrapura, Riau, sekaligus penyerahan penghargaan lingkungan 2016. Wapres mengajak para pengambil keputusan dan masyarakat menghindari ”kutukan” sumber daya alam. Tema peringatan kali ini ”Go Wild for Life” atau ”Selamatkan Satwa Liar untuk Kehidupan”.
”Lingkungan yang baik merupakan rahmat, tetapi lingkungan yang buruk bisa jadi musibah seperti di daerah ini (Provinsi Riau). Mari kita hindari kutukan sumber daya alam,” kata Wapres Kalla.
TERORISME
Pendekatan Kemanusiaan Dibutuhkan
JAKARTA, KOMPAS — Narapidana perkara terorisme perlu dibantu untuk melepaskan diri dari jaringan atau kelompoknya. Langkah ini, jika disertai dengan pendekatan yang bersifat kemanusiaan, diyakini menjadi langkah deradikalisasi yang efektif. Tanpa program pelepasan diri dari kelompoknya, menurut pemerhati masalah terorisme Al Chaidar, Jumat (22/7) di Jakarta, para narapidana terorisme akan sulit melepaskan diri dari jaringan atau kelompoknya.
Kondisi ini ditengarai ikut menyebabkan sejumlah bekas narapidana terorisme tetap radikal, bahkan makin berbahaya saat sudah keluar dari penjara. Mereka antara lain pemimpin Mujahidin Indonesia Timur Santoso alias Abu Wardah yang ditembak pada Senin lalu, Sunakim alias Afif yang menjadi pelaku bom Thamrin, Jakarta, Januari lalu, serta Bahrun Naim yang menjadi salah satu pemimpin sayap Negara Islam di Irak dan Suriah asal Indonesia.
Narapidana perkara terorisme umumnya juga memiliki kebencian terhadap pandangan, kelompok, atau pihak yang berbeda dengan mereka. Oleh karena itu, pengenalan kepada budaya dan kelompok yang berbeda juga menjadi penting bagi mereka. Chaidar menyebut hal ini dengan humanisasi.
PENATAAN KOTA
Semua Dimulai dari Membangun Kampung
Di balik deretan gedung perkantoran, mal, dan hotel di Kota Surabaya, Jawa Timur, tersembunyi kampung-kampung hijau nan asri. Di sanalah warga Surabaya berinisiatif untuk bergotong royong membangun sebuah lingkungan yang sehat. Sebuah model hunian modern dengan teknologi sederhana.
Salah satu kampung hijau itu adalah Kampung Bratang Binangun yang terletak di Kelurahan Barata Jaya, Kecamatan Gubeng. Kampung itu disebut kampung hijau karena jika dipandang, kampung itu benar-benar hijau berkat pohon ataupun tanaman dalam pot yang memenuhi halaman depan rumah warga.
Kampung itu juga dikatakan hijau untuk pengertian ramah lingkungan karena sudah menerapkan teknologi pengolahan air limbah. Warga memiliki alat yang memungkinkan mereka membersihkan air dari selokan dan digunakan kembali untuk menyiram tanaman atau mencuci kendaraan.
No comments:
Post a Comment