Tuesday, August 18, 2015

Kompas, Edisi, Selasa, 18 Agustus 2015

Kompas, Edisi, Selasa, 18 Agustus 2015

Siswa Impikan RI Bebas Korupsi

HUT Ke-70 RI Meriah


JAKARTA, KOMPAS — Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/8), berlangsung berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain mengundang masyarakat umum, acara itu juga diisi oleh dua pelajar yang membacakan impiannya tentang Indonesia.

 Impian yang dibacakan dua siswa dalam acara itu antara lain Indonesia bebas dari korupsi dalam 10 tahun ke depan. Impian ini disambut tepuk tangan hadirin dalam acara itu, mulai dari elite negeri ini, wakil negara sahabat, hingga sekitar 2.000 warga biasa. Impian siswa itu selanjutnya akan dimasukkan ke dalam kapsul mimpi dan dibuka 70 tahun lagi.

Upacara di Kompleks Istana Kepresidenan ini merupakan bagian dari rangkaian Peringatan HUT Ke-70 RI. Sebelumnya digelar renungan suci di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Senin pukul 00.00 dan resepsi kenegaraan pada malam harinya.

KECELAKAAN TRIGANA AIR

Pesawat Hancur di Pegunungan Bintang


JAKARTA, KOMPAS — Manajer Keamanan Penerbangan PT Trigana Air Service Alfred A Purnomo memastikan pesawat Trigana Air nomor registrasi PK-YRN jenis ATR 42 yang membawa 49 penumpang dan 5 awak dari Bandara Sentani, Jayapura, menuju Oksibil, Senin (17/8), jatuh pada ketinggian sekitar 2.500 meter di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

Alfred memastikan tim evakuasi telah tiba di lokasi kecelakaan dan menemukan pesawat dalam keadaan hancur. Akan tetapi, evakuasi korban dihentikan sementara pada pukul 16.00 WIT karena cuaca tidak mendukung. Lokasi kejadian juga curam dengan kemiringan 45 derajat sehingga helikopter sulit mendarat. Proses evakuasi akan dilanjutkan Selasa pukul 06.00 WIT.

Sampai pukul 22.00, pihak Trigana Air masih menyusun rencana keberangkatan keluarga korban dan kru pesawat menuju Sentani. Mereka dijadwalkan sudah tiba pada Selasa.


NASIONALISME

Cara Kami Mencintai


Memerdekakan diri, menjadi Indonesia, dan terus merawatnya karena rasa cinta. Tidak mudah. Setiap generasi punya tantangan dan cara sendiri. Tidak adil jika dibanding-bandingkan dengan acuan yang kerap tidak relevan. Seperti cinta yang banyak definisinya, begitu juga ungkapannya.

Kelompok musik pop Efek Rumah Kaca (ERK) memperdengarkan karya baru mereka selama tiga pekan terakhir. Tembang "Biru" berdurasi sembilan menit itu dengan musik cenderung rumit. Lagu anyar lain konon akan lebih panjang dari itu. Di tengah tidak bersahabatnya industri musik dan radio komersial pada lagu berdurasi panjang dan rumit, mereka tetap jalan terus.

Mereka memerdekakan diri dari kekhawatiran lagunya tidak akan diputar di radio. Trio Cholil Mahmud (vokal, gitar), Akbar Bagus Sudibyo (drum), dan Adrian Yunan Faisal (bas)-belakangan diisi Poppy Airil-membuat siasat. Lagu itu dipecah jadi dua, "Pasar Bisa Diciptakan" dan "Cipta Bisa Dipasarkan".

"Tidak ada substansi lagu yang hilang dari situ (pemecahan lagu)," kata Cholil. Strategi diambil ketika lagu sudah jadi sehingga strategi pemasaran tidak memengaruhi estetika yang mereka buat secara merdeka.

No comments:

Post a Comment