Monday, October 26, 2015

Kompas, Edisi, Senin, 26 Oktober 2015

Kompas, Edisi, Senin, 26 Oktober 2015

Tragedi Kemanusiaan

Jutaan Warga Perlu Segera Diselamatkan dari Kabut Asap


JAKARTA, KOMPAS — Sudah tiga bulan lebih sedikitnya 43 juta penduduk Indonesia terdampak kabut asap. Inilah salah satu tragedi besar asap sejak Indonesia merdeka selain kebakaran tahun 1997. Bedanya, durasi kabut asap tahun ini disebut-sebut lebih panjang daripada tahun 1997. Kabut asap kali ini juga telah menyebabkan 12 orang meninggal.

 Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, di Indonesia saja, kebakaran lahan dan hutan tahun ini memberi dampak terhadap 43 juta jiwa. Tahun 1997, data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, angka terdampak sekitar 20 juta jiwa. Kabut asap 1997 juga muncul sporadis.

”Tahun ini, kabut asap bertahan lebih dari tiga bulan, sedangkan pada 1997, durasinya tidak sampai dua bulan dan tidak setiap hari,” kata Direktur Pusat Studi Kebencanaan Universitas Riau Harris Gunawan di Riau, Minggu (25/10). Ia menyatakan, skala dampak kebakaran lahan dan hutan tahun ini masuk bencana kemanusiaan.


Kebakaran Lahan

Asap Tak Pilih Usia


Hampir dua bulan terakhir, mentari cerah tak menyapa sebagian anak-anak negeri ini, khususnya di Sumatera dan Kalimantan. Asap yang disebabkan kebakaran lahan dan hutan, yang terkait aktivitas manusia itu, merebut cahaya mentari dari warga. Bagi keluarga Ilhami (32) dan Linda (27) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dampak asap lebih dari itu.

Nama anak pasangan itu Muhammad Rafa Rafsyanjani. Usianya baru 3 bulan. Ia divonis menderita pneumonia atau radang paru-paru. Tubuh mungilnya membutuhkan terapi cahaya matahari untuk mempercepat proses kesembuhan.

Minggu (25/10) pagi, Rafa baru saja selesai dimandikan ibunya. Di pangkuan ibu, ia bernapas tersengal-sengal. Rongga dadanya tampak cekungan dalam. Penderitaannya ditambah batuk-batuk yang terdengar berat dan dalam. Grook... grook....


Wirausaha

Industri Digital Masih Memberi Peluang Bisnis


JAKARTA, KOMPAS — Industri digital dapat menjadi peluang bisnis untuk menghasilkan keuntungan besar. Keuntungan miliaran rupiah bukanlah hal mustahil dalam industri kreatif yang memanfaatkan jaringan penjualan daring yang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir.

Chief Executive Officer Shavuot Pte Ltd Suzanna Theresia dalam unjuk bincang buku The Netpreneur Story di Gramedia Matraman, Jakarta, Sabtu (24/10), mengatakan, perkembangan dunia internet menjadi modal penting dalam bisnis daring. Selain itu, menurut dia, kontribusi anak muda sebagai pelaku industri kreatif digital akan sangat berarti bagi perekonomian nasional, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Suzanna sempat mencatatkan pendapatan setengah juta dollar AS hanya dalam 7 hari ketika produk terbarunya, InstaBuilder 2.0, diluncurkan Desember 2014. InstaBuilder 2.0 merupakan produk kreatif digital yang merupakan aplikasi dalam membuat laman internet.

No comments:

Post a Comment