Kompas, Edisi, Senin, 12 Oktober 2015 |
Polisi agar Telusuri Aliran Dana
Diduga Sarat Pelanggaran HAM dan Korupsi
LUMAJANG, KOMPAS — Penambangan pasir besi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sarat dengan dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi. Pembunuhan Salim alias Kancil merupakan fenomena gunung es dari pembiaran konflik pertambangan oleh aparatur negara.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Nur Kholis mendesak Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menelusuri aliran uang dalam kasus pertambangan pasir besi ilegal di Lumajang. Penelusuran itu menjadi kunci untuk menemukan keterlibatan aparat negara dalam pembiaran konflik yang berujung pada kematian Salim.
Temuan Komnas HAM menyimpulkan, kekerasan di Desa Selok Awar-Awar hanya satu di antara puluhan konflik sumber daya alam yang dipicu tambang pasir besi di pesisir selatan Lumajang.
TRANSPORTASI UDARA
Helikopter yang Angkut Lima Orang Hilang
MEDAN, KOMPAS — Tim SAR bersama kepolisian hingga Minggu (11/10), pukul 20.00, masih mencari helikopter jenis Aerospatiale 350B4 (Eurocopter 130B4) dengan nomor registrasi EC 130 PK-BKA milik PT Penerbangan Angkasa Semesta yang hilang kontak dalam perjalanan Samosir-Kualanamu, Sumatera Utara. Tim kesulitan menemukan lokasi helikopter karena sinyal emergency locator transmitter yang dimiliki helikopter tidak tertangkap Basarnas. Ini disebabkan baterai ELT telah kedaluwarsa pada Mei 2015.
Informasi dari Kantor Pelayanan Navigasi Penerbangan (KPNP) AirNav Medan, helikopter tidak pernah kontak dengan Pelayanan Lalu Lintas Udara Unit Medan. AirNav mendapat informasi helikopter hilang kontak justru dari perusahaan.
Kepala Seksi Operasional Basarnas Medan GT Syaiful mengatakan, pencarian difokuskan ke kawasan Onanrunggu, Samosir, berdasarkan laporan nelayan yang melihat ada helikopter terbang rendah di kawasan Onanrunggu. Meski demikian, pencarian juga dilakukan di kawasan Simahadiang, Simanindo, Samosir, yang diduga titik koordinat terakhir helikopter. Daerah ini merupakan perbukitan yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar lima jam.
PERTAMBANGAN PASIR
Ketika Menikmati Lumajang Tanpa Tambang Pasir
Hampir dua minggu, tak ada aktivitas pertambangan pasir dan pasir besi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Daerah di kaki Gunung Semeru itu, Kamis (8/10), terlihat lebih tenang dengan suhu udara yang nyaman. Sejauh mata memandang, tidak tampak truk tronton dan dumptruck bermuatan pasir yang berseliweran, baik di jalan kabupaten maupun di jalan provinsi Lumajang-Malang.
Di sebuah gubuk bambu di tengah rawa di Pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Sapari (65) duduk mengelus kaki. Matanya menerawang memandang jalan menuju pesisir pantai yang biasanya penuh truk lalu lalang, tetapi kini lengang.
Tak lama kemudian, pandangan itu beralih ke hamparan sawah di sisi kanan dan kiri jalan yang berubah menjadi genangan seperti kolam ikan akibat penambangan pasir besi. Sebagian sawah itu milik Sapari.
No comments:
Post a Comment