Kompas, Edisi, Minggu, 11 Oktober 2015 |
Armada Asing Segera Bekerja
Jarak Pandang di Palangkaraya Masih 100-700 Meter
PALEMBANG, KOMPAS — Armada asing dari Singapura dan Malaysia untuk membantu pemadaman kebakaran hutan dan lahan tiba di Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (10/10). Bahkan, sejumlah pesawat mulai melakukan pemetaan udara di Sumsel dan segera bekerja bersama tim Indonesia.
Pesawat Hercules dan helikopter Chinook dari Singapura mendarat Sabtu siang di Landasan Udara TNI AU Palembang dengan membawa belasan pilot dan kru pemadaman. Adapun tim Malaysia tiba Jumat malam. Mereka mendarat dengan pesawat Hercules dan pesawat fixed wing yang membawa 45 orang, di antaranya 21 pilot dan kru untuk pemadaman. Bahkan, pesawat fixed wing Malaysia pada Sabtu pagi sudah mulai melakukan pemetaan udara.
Koordinasi pemadaman di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, terus dilakukan. Koordinasi dipimpin Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Menurut Willem, masih ada satu pesawat pemadam dari Australia, pesawat L100 fixed wing, yang akan tiba di Palembang, Rabu.
TURKI
Serangan Bom Guncang Ankara
ANKARA, SABTU — Sedikitnya 86 orang tewas dan 186 warga luka-luka dalam insiden ledakan bom kembar di ibu kota Turki, Ankara, Sabtu (10/10). Ledakan terjadi di tengah aksi unjuk rasa damai yang dilakukan oleh aktivis Kurdi dan kelompok kiri di area tak jauh dari stasiun utama di Ankara.
Peristiwa ini merupakan serangan paling mematikan dalam sejarah Ankara. Akibatnya, ketegangan menjelang pemilihan umum sela di Turki, 1 November mendatang, meningkat.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam serangan itu sebagai ”tindakan teroris”. ”Seperti serangan-serangan teror lainnya, serangan di stasiun kereta Ankara menyerang persatuan, kebersamaan, persaudaraan, dan masa depan kita,” katanya lewat pernyataan. Ia menyerukan ”solidaritas dan kebulatan tekad”.
Dalam jumpa pers, Menteri Kesehatan Turki Mehmet Muezzinoglu menyampaikan, 86 orang tewas akibat ledakan dan 186 orang luka-luka. Sebanyak 28 orang di antaranya menjalani perawatan intensif. Jumlah korban tewas bisa bertambah.
KEHIDUPAN
Siapakah Manusia Indonesia
Kapan dan dari mana datangnya leluhur kita di kepulauan ini? Kenapa ada sedemikian banyak etnis dengan bahasa dan adat istiadat berbeda? Apa yang membedakan dan menyatukan kita? Jawabannya tersimpan dalam setiap sel di tubuh kita.
Dengan 730 etnik, Nusantara adalah kawasan dengan keragaman tinggi. Tak heran Denys Lombard (1990) menyebutnya sebagai "Silang Budaya", pertemuan Barat dan Timur. Bahkan, keragaman juga terjadi di pulau kecil, seperti Pulau Yamdena di Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Di pulau seluas 3.333 kilometer persegi ini saja terdapat dua populasi yang berbeda bahasa. "Bahasa orang Makatian jelas beda dengan kami," kata Paternus Lakeban Fifilyaman Koisine (79), tetua adat Desa Sangliat Dol. Berada di pesisir timur pulau, mereka berbicara dalam bahasa Yamdena.
Sementara orang Makatian di pesisir barat pulau berbicara dalam bahasa Seluwasan. Padahal, kedua desa ini hanya terpisah jarak sekitar 70 kilometer dengan hambatan geografis minim.
No comments:
Post a Comment