Saturday, September 19, 2015

Kompas, Edisi, Sabtu, 19 September 2015

Kompas, Edisi, Sabtu, 19 September 2015

Regulasi dan Instrumen Disiapkan

Aliran Modal Asing Anjlok


BATAM, KOMPAS — Ketidakpastian perekonomian berlanjut setelah bank sentral Amerika Serikat, The Fed, tidak menaikkan suku bunga acuan pada September ini. Indonesia bersiap menghadapi guncangan yang mungkin timbul, yang sebenarnya lebih berdasarkan spekulasi dan ekspektasi pasar.

Sebenarnya situasi perekonomian yang diliputi ketidakpastian ini sudah berlangsung setahun terakhir. Pemerintah dan otoritas keuangan Indonesia bekerja sama menjaga stabilitas di dalam negeri.

Guncangan yang diperkirakan muncul itu antara lain terkait nilai tukar rupiah. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah pada 2 Januari 2015 sebesar Rp 12.474 per dollar AS. Rupiah terus melemah hingga mencapai Rp 14.463 per dollar AS, Jumat (18/9).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kemarin, melanjutkan penguatan. IHSG ditutup pada 4.380,32 atau menguat tipis 0,044 persen. Sejak awal 2015, IHSG melemah 16,2 persen.



KEBAKARAN LAHAN

Malaysia Dukung Tindakan Tegas


JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Malaysia mendukung tindakan tegas Pemerintah Indonesia terhadap perusahaan perkebunan pembakar lahan yang menyebabkan asap pekat. Tindakan tegas itu juga berlaku bagi perusahaan Malaysia yang beroperasi di Indonesia.

"Malaysia juga mendesak perusahaan Malaysia yang beroperasi di Sumatera untuk disiplin dan siap ditindak tegas apabila bersalah. Malaysia mendukung itu," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jumat (18/9), seusai menerima kunjungan kehormatan Deputi Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi di Istana Wapres.

Menurut Wapres, Indonesia sudah berupaya sekuat tenaga mengatasi kabut asap. Meski sudah mengeluarkan biaya besar dan mendatangkan lebih dari 20 pesawat, pemadaman tetap sulit dilakukan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat ini masih menurunkan 70 pejabat pengawas lingkungan hidup, pengendali ekosistem hutan, dan polisi hutan. Mereka mengumpulkan kelengkapan data, termasuk detail struktur pengelola (nama dan jabatan), luasan lahan, dan status kepemilikan perusahaan. "Dalam enam bulan harus tahu semuanya," kata Menteri LH dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.


NELAYAN JAKARTA

Hilangnya Ikan di Laut Kami...


Apa jadinya jika laut mulai kehilangan ikannya? Saat jala ditebar, yang tersangkut hanya lumpur dari pengurukan pulau. Bagi Tatang, yang telah 40 tahun menjadi nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, hal itu tentu kabar buruk.

”Laut ini tempat hidup saya. Kalau laut diubek-ubek, sama saja menghilangkan mata pencarian saya.”

Semilir angin membawa bau amis ikan bercampur bau sampah begitu kaki menginjak perkampungan nelayan di sisi barat Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Kamis (17/9) siang itu. Sinar matahari yang terik membuat bau ”khas” sekitar pelabuhan ini makin menyeruak.

Namun, panas dan bau itu tak membuat Tatang bergeser dari sampannya yang sudah kusam warnanya. Duduk membelakangi laut, ayah sembilan anak itu mengambil gayung lalu menguras air dari dasar sampan yang bocor. Raut wajahnya murung.

No comments:

Post a Comment