Thursday, January 29, 2015

Kompas, Edisi, Kamis, 29 Januari 2015

Kompas, Edisi, Kamis, 29 Januari 2015

Jokowi Hadapi Tekanan Parpol

Tim Independen Rekomendasikan Budi Gunawan Tak Dilantik 

 JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo direkomendasikan tidak melantik Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Polri karena berstatus sebagai tersangka. Namun, disadari, Presiden tak mudah melaksanakan rekomendasi itu karena berada dalam tekanan partai politik.

Demikian disampaikan Ahmad Syafii Maarif, juru bicara Tim Independen yang dibentuk Presiden Joko Widodo terkait konflik yang sedang terjadi antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Polri, Rabu (28/1), di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Andalas, Padang, Saldi Isra mengingatkan, kredibilitas Jokowi akan hancur jika tetap melantik Budi sebagai Kepala Polri meski kemudian diikuti dengan pemberhentian yang bersangkutan. Melantik Budi sama saja dengan mempertontonkan kekalahan Jokowi dan ketidakmampuannya mengatasi desakan orang-orang di sekelilingnya.

RAPBN PERUBAHAN

Target Produksi Minyak Siap Jual 2015 Lebih Rendah

JAKARTA, KOMPAS — Target produksi minyak siap jual (lifting) minyak bumi pada 2015 disepakati sebanyak 825.000 barrel per hari. Angka tersebut lebih rendah daripada usulan pemerintah semula yang sebanyak 849.000 barrel per hari. Produksi minyak dari Blok Cepu akan sangat menentukan terhadap capaian produksi minyak siap jual tahun ini.

Demikian kesepakatan antara Komisi VII DPR dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam rapat kerja tentang asumsi makro dan pembiayaan dalam RAPBN Perubahan 2015, Rabu (28/1), di Jakarta. Rapat kerja tersebut dipimpin Ketua Komisi VII Kardaya Warnika dan dihadiri Menteri ESDM Sudirman Said serta jajaran pejabat di Kementerian ESDM, SKK Migas, BPH Migas, PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Awalnya, pemerintah mengusulkan produksi minyak siap jual 2015 sebesar 849.000 barrel per hari (bph). Namun, melalui serangkaian diskusi dengan Komisi VII, diputuskan target 2015 tersebut adalah 825.000 bph. Meskipun demikian, angka itu lebih tinggi daripada realisasi produksi minyak siap jual pada 2014 sebesar 794.000 bph.

NIKAH MASSAL

Alangkah Pentingnya Pengakuan dari Negara


SELEMBAR surat bisa mengubah hidup menjadi lebih baik. Keyakinan itu mendorong pasangan suami istri Mijan (60) dan Holipah (55) ikut nikah massal. Bersama ribuan pasangan lainnya, pemulung sampah dan barang bekas itu antusias mengikuti resepsi nikah massal. Mereka memburu legitimasi dari negara untuk hak-hak sipil.

Resepsi pernikahan itu berlangsung di gedung Istora Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (28/1). Sebanyak 5.115 pasangan pengantin hadir dalam perhelatan ini. Sejak pukul 09.00, para pengantin sudah berdatangan ke lokasi resepsi dalam balutan pakaian adat 34 provinsi di Indonesia. Anak-anak, orangtua, keluarga, dan kerabat turut mendampingi.

Di antara pasangan pengantin terlihat Holipah dan Mijan mengenakan baju adat Provinsi Riau berwarna hijau. ”Jadi inget waktu dulu menikah. Bedanya dulu menikah di rumah, sekarang di gedung mewah,” kata Mijan, tersenyum semringah.

Holipah dan Mijan sudah 30 tahun berumah tangga. Pasangan yang menikah pada 1984 ini dikaruniai lima anak dan dua cucu. Keterbatasan biaya hidup membuat keempat anak Holipah putus sekolah. Hanya anak bungsunya yang masih mengenyam pendidikan.

No comments:

Post a Comment