Sunday, February 7, 2016

Kompas Edisi Minggu 7 Februari 2016

Kompas Edisi Minggu 7 Februari 2016

Ratusan Korban Tertimbun

Sedikitnya 13 Orang Tewas akibat Gempa Bumi di Taiwan


TAINAN, SABTU — Keluarga dari ratusan korban yang tertimbun bangunan apartemen di Tainan, Taiwan, berharap keajaiban saat petugas mencari korban di balik reruntuhan, Sabtu (6/2). Bangunan 16 lantai itu runtuh akibat gempa bumi bermagnitudo 6,4 yang mengguncang Taiwan selatan.

Guncangan besar itu terjadi sekitar pukul 04.00 saat orang tertidur lelap. Hingga Sabtu malam dilaporkan sedikitnya 13 orang tewas dan lebih dari 400 orang cedera.

Badan Pemadam Kebakaran Nasional mengatakan, 11 korban tewas ditemukan di reruntuhan kompleks apartemen Wei-kuan, termasuk seorang bayi perempuan yang baru berusia 10 hari dan dua anak lain. Dua korban tewas lainnya ditemukan di bagian lain Tainan, kota yang paling parah terdampak bencana. Keduanya tewas akibat tertimpa reruntuhan bangunan.



HUT PARTAI GERINDRA

Demokrasi Butuh Keseimbangan


JAKARTA, KOMPAS — Sekalipun sebagian partai politik anggota Koalisi Merah Putih mengubah sikap politiknya dengan merapat ke pemerintahan Joko Widodo-Jusuf kalla, Partai Gerakan Indonesia Raya memutuskan tetap ada di luar pemerintahan. Gerindra konsisten di posisi ini karena demokrasi yang baik menuntut adanya pengawasan dan keseimbangan.

"Kalau semuanya satu suara, semuanya menyatakan setuju, apa senang demokrasi seperti itu? Di situlah peran Gerindra (sebagai pengawas dan penyeimbang), dan Gerindra setia dengan peran itu," kata Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto seusai perayaan ulang tahun ke-8 Gerindra di Jakarta, Sabtu (6/2).

Pidato politik Prabowo menjadi inti dari perayaan HUT Gerindra yang kemarin dihadiri ribuan kadernya. Tidak tampak pimpinan partai politik lain pada acara itu.



KEHIDUPAN

Sebut Nama Saya, Andy Go To School...


Nama adalah puisi terindah bagi pemiliknya. Nama juga menyimpan cita-cita agung pemberinya. Dari ragam dan keunikan nama, terpatri pergulatan batin sekaligus harapan yang bersemayam di benak orangtua ketika menamai anaknya.

Dalam perspektif itu, tidak ada nama yang tidak keren. Namun, kerap nama itu mengandung beban bagi penyandangnya.

Simaklah cerita Goto (30) yang bernama lengkap Andy Go To School, warga Desa Tegalarum, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sejak kecil, nama yang disandang itu kerap menjadi beban karena menjadi bahan olok-olok teman-teman sekolah. Sebelumnya, Andy Go To School yang akrab disapa Goto ini sama sekali tidak menyadari makna atau keunikan namanya. Ia baru mengetahuinya setelah belajar bahasa Inggris di bangku SMP.

No comments:

Post a Comment