Monday, September 21, 2015

Kompas, Edisi, Senin, 21 September 2015

Kompas, Edisi, Senin, 21 September 2015

Normalisasi Jadi Solusi Banjir

40 Tahun Terjadi Pembiaran


JAKARTA, KOMPAS — Banjir tiap tahun mengusik Jakarta. Kerugian ekonomi akibat banjir pernah menembus Rp 5 triliun dan berdampak terhadap daerah lain di Indonesia. Setelah tertunda lebih dari 40 tahun, normalisasi Ciliwung jadi momentum untuk menata Ibu Kota agar setara kota lainnya di dunia.

Menurut pantauan dua pekan terakhir, luapan Ciliwung merupakan salah satu faktor terbesar setiap kali banjir melanda Jakarta pada musim hujan. Pada sisi lain, normalisasi Ciliwung tidak semata mengendalikan banjir, tetapi juga mengurai karut-marut hunian dan gelapnya penguasaan lahan di Jakarta yang selama puluhan tahun dibiarkan.

Normalisasi yang sedang berjalan itu meliputi pekerjaan memperlebar kali, memperdalam kali, dan memperkuat dindingnya dengan beton, serta menambah jalan inspeksi. Hanya di kawasan bantaran yang masih hijau, seperti di kawasan Condet, Jakarta Timur, dinding Ciliwung diperkuat secara alami, dengan banyaknya pepohonan.


BULU TANGKIS

Penantian 7 Tahun Ganda Putri Indonesia


JAKARTA, KOMPAS — Setelah tujuh tahun puasa gelar dalam turnamen bulu tangkis level Super Series, ganda putri Indonesia memperlihatkan kekuatan lagi. Pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda, Minggu (20/9) petang, di Seoul, Korea Selatan, tampil sebagai juara turnamen Super Series Korea Terbuka.

Dalam laga final, duet pelatnas bulu tangkis di Cipayung, Jakarta, ini menang melalui penampilan meyakinkan atas pasangan tuan rumah, Chang Ye-na/Lee So-hee, 21-15, 21-18, dalam tempo 48 menit.

Kesuksesan Greysia/Nitya menjuarai turnamen Super Series membuka harapan prestasi yang lebih tinggi dari nomor ganda putri. Indonesia terakhir kali mendapatkan gelar di turnamen Super Series dari nomor ganda putri tahun 2008. Vita Marissa/Liliyana Natsir, yang menjadi ganda putri terbaik Tanah Air saat itu, menjuarai Indonesia Terbuka pada bulan Juni.

Super Series adalah turnamen level tertinggi dalam agenda Federasi Bulu Tangkis Dunia. Gengsi turnamen ini setara dengan Premier Super Series meski berhadiah lebih sedikit.


PERBURUAN SATWA

Sang Penengah Konflik Itu Telah Tiada


Kematian Yongki pada Jumat (18/9), yang dibunuh dan diambil gadingnya oleh pencuri, merupakan pukulan bagi upaya konservasi satwa di Lampung. Bagaimana tidak, Yongki adalah salah satu pahlawan yang kerap mencegah jatuhnya korban manusia atau gajah saat terjadi konflik gajah dan manusia.

Yongki adalah seekor gajah jinak berumur 35 tahun yang tinggal di Posko Pemantauan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Wilayah Pemerihan, Lampung Barat. Di posko tersebut, ada pula 2 gajah jantan, Karnangin dan Renggo; 2 gajah jantan anakan, Tomi dan Sampot; serta 1 gajah betina, Arni.

Jumat sekitar pukul 04.00, posko itu disatroni pencuri. Tanpa belas kasihan, pencuri membunuh Yongki dan mencabut gadingnya.

Kematian Yongki meninggalkan kesedihan bagi banyak kalangan, termasuk petugas jaga yang tinggal sekitar 200 meter dari posko. Berita kematian Yongki pun segera tersebar. Tagar #RIPYongki langsung merebak di dunia maya.

No comments:

Post a Comment