Tuesday, October 14, 2014

Kompas, Edisi, Selasa, 14 Oktober 2014

Kompas, Edisi, Selasa, 14 Oktober 2014


Asap Kian Resahkan Warga

Sektor Transportasi Merugi Puluhan Miliar Rupiah


PALEMBANG, KOMPAS — Warga Palembang, Sumatera Selatan, makin resah oleh gangguan kabut asap yang dalam dua pekan terakhir kian parah. Kualitas udara memburuk hingga beberapa kali berstatus berbahaya bagi makhluk hidup dengan indeks standar pencemaran udara di atas 300.

Kondisi serupa dari pengamatan Kompas sepekan terakhir terjadi di Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Kabut asap seperti tak tertangani karena beragam upaya pemadaman oleh pemerintah tak berhasil dan makin merugikan masyarakat.

”Hidup di Palembang dua pekan terakhir ini mengerikan. Untuk bernapas saja sulit,” ujar Dinda Wulandari, karyawan swasta, di Palembang, Senin (13/10). Ia mengkhawatirkan dampak asap yang tersusun dari sejumlah zat kimia dan abu sisa pembakaran itu berdampak pada pertumbuhan janin di kandungannya.

Teknologi Informasi

Miliarder Kelas Dunia ”Blusukan” ke Tanah Abang


KEBIASAAN Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo blusukan tersiar ke penjuru dunia. Walau bukan hal baru, pendekatan langsung ke rakyat ini menjadi ikon Jokowi yang kini berstatus presiden terpilih negara ini. Beberapa pejabat negara asing penasaran dengan model pendekatan itu. Kali ini pendiri media sosial Facebook, Mark Zuckerberg, pun penasaran.

Zuckerberg mengetahui informasi itu dari pemberitaan media. Saat bertemu Jokowi di Balai Kota Jakarta, Senin (13/10), Zuckerberg menanyakan langsung. ”Apa istilah untuk menyebut aktivitas Bapak turun ke masyarakat?” tanya Zuckerberg kepada Jokowi dalam bahasa Inggris.

Jokowi menjelaskan aktivitas itu disebut dengan blusukan. ”Apa? Blesekan?” kata Zuckerberg. ”Bukan, blu-su-kan,” ujar Jokowi membenarkan.

Perundungan

M Nuh Minta Sekolah Dikenai Sanksi


JAKARTA, KOMPAS — Kasus perundungan (bullying) terhadap DAN (12), siswa kelas V SD Trisula Perwari, di Bukittinggi, Sumatera Barat, oleh teman-temannya menunjukkan pengelola sekolah lalai mengawasi siswa saat jam pelajaran sekolah berlangsung. Oleh karena itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh meminta Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi memberikan sanksi kepada pengelola SD Trisula Perwari.

”Kami tidak akan lepas tangan. Segera Dinas Pendidikan (Bukittinggi) kami perintahkan untuk memanggil kepala sekolah dan guru untuk menjelaskan duduk perkaranya. Mereka juga harus diberi sanksi,” kata Nuh, di Jakarta, Senin (13/10).

DAN menjadi korban perundungan teman-temannya pada 18 September 2014. Namun, kasusnya baru mencuat setelah videonya muncul di Youtube, Sabtu lalu (Kompas, 13/10).

No comments:

Post a Comment